Kapitalisme adalah Penyebab “Kematian Demografi” di Asia Timur
Sejumlah pihak mengatakan bahwa pada 2050 populasi Jepang hanya akan mencapai 97 juta atau 30 juta lebih sedikit dari sekarang. Para pakar memperingatkan dampak penurunan angka kelahiran ini akan merugikan Jepang dalam banyak aspek.
Pertanyaannya, mengapa hal demikian bisa terjadi di Jepang, yang notebene merupakan Negara maju? Apa faktor penyebabnya? Lantas adakah model masyarakat yang sehat serta bagaimana menciptakan masyarakat dengan kemajuan teknologi, modernitas, tanpa harus mengalami kerusakan sosial? Itulah di antara beberapa pertanyaan yang penting untuk dijawab.
Untuk itu, kali ini kami mewawancarai Ustadzah Fika Komara, selaku Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, untuk mengetahui realitas krisis populasi yang terjadi di Negara maju seperti Jepang yang sebenarnya, dan bagaimana seharusnya peran muslimah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, beradab dan bermartabat. Berikut petikan wawancaranya.
1. Beberapa dekade terakhir, isu krisis populasi (ancaman demografi) menimpa Jepang dan negara asia lainnya. Apakah ustadzah memiliki data yang akurat mengenai hal ini?
Ya, itu sudah menjadi rahasia umum karena sudah banyak media secara intens memberitakan, begitupun laporan resmi dari institusi-institusi kredibel di negara mereka. Sebut saja sebuah studi yang dirilis Universitas Tohoku, Jepang pada 2012, penduduk Negeri Sakura juga akan punah seribu tahun mendatang, dengan anak terakhir yang lahir pada 301. Lalu untuk Korsel berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian Nasional Korsel (NARS) yang dirilis akhir Agustus 2014 lalu, penduduk Korea Selatan berpotensi mengalami kepunahan lantaran angka kelahiran yang merosot drastis ke angka terendah yakni pada poin 1,19 tiap perempuan. Simulasi penelitian menunjukkan populasi penduduk akan menyusut dari 50 juta pada saat ini menjadi 40 juta pada 2056 dan 10 juta saja pada 2136. The Diplomat bahkan mengatakan jika perkiraan terbaru ini akurat maka Asia Timur menghadapi ancaman demografis yang lebih besar yakni : kepunahan. Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Singapura tengah berjuang keras membiayai beban tunjangan sosial buat penduduk usia senja mereka yang jumlahnya kian banyak.
2. Mengapa hal ini dapat terjadi? Padahal Jepang adalah salah satu negara maju, yang memiliki tingkat perekonomian cukup tinggi
Disinilah letak ironi dan paradoksnya, krisis yang melanda negara-negara yang dijuluki sebagai “keajaiban Asia Timur” karena keberhasilannya menjelma menjadi kawasan-kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, justru menghadapi resiko kepunahan rasnya sendiri sebagai sebuah bangsa. Hanya sekitar tiga dekade penerapan Kapitalisme di negeri-negeri mereka, kerusakan segera melanda kehidupan masyarakat di Asia Timur. Inilah yang disebut sebagai sindrom Chicago oleh seorang professor di Malaysia yakni sindrom negara kapitalis “mencapai kemajuan ekonomi namun mengalami kerusakan peradaban”. Pembangunan pesat senantiasa diiringi dengan krisis sosial, keruntuhan institusi keluarga, meluasnya kriminalitas, kekerasan terhadap perempuan dan anak, tingginya angka bunuh diri, hingga anjoknya angka kelahiran dan pernikahan akibat massifnya pelibatan perempuan sebagai angkatan kerja.
3. Apakah dapat dikatakan jika kemajuan dan modernitas yang ditawarkan Kapitalisme justru menjadi resep manjur bagi arus massal dehumanisasi bagi umat manusia?
Ya tepat sekali! Karena sistem nilai Kapitalisme sekuler telah membuat masyarakatnya lebih menghargai materi dan kesenangan fisik daripada bangunan masyarakatnya, ide kebebasan telah membuat mereka abai terhadap kemanusiaan dan pelestarian ras manusia itu sendiri. Karena membuat masyarakatnya lebih menghargai materi dan kesenangan fisik daripada bangunan masyarakatnya. Mereka akhirnya terbentuk menjadi generasi yang tidak manusiawi (inhuman generations), karena terobsesi pada kesuksesan materi dan gaya hidup hedonis yang tidak percaya pada komitmen pernikahan, menunda memiliki anak atau bahkan memandang anak sebagai beban karena tidak memiliki keyakinan akan sang Pencipta yang menjamin rizqi setiap anak manusia. Ditambah kebijakan womenomics ala kapitalisme yang menciptakan gelombang massal pekerja perempuan, yang juga memaksakan standar nilai bahwa perempuan akan mendapat status social yang lebih terhormat jika memiliki pekerjaan, sehingga kaum perempuan semakin kehilangan gairah untuk menjalani peran domestiknya sebagai ibu dan istri di rumah. Inilah mengapa angka kelahiran dan tingkat pernikahan di negara-negara maju menjadi sangat rendah, karena generasi mudanya semakin tidak menghargai pernikahan dan bangunan keluarga.
4. Jika kapitalisme-sekuler yang menyebabkan kondisi mengerikan ini terjadi, lantas adakah solusinya?
Tentu saja kita harus mencari format ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia dan tetap memiliki mekanisme kemajuan peradaban. Ideologi ini tidak lain adalah Islam. Seperti kutipan : “Jika Amerika menghabiskan ratusan juta dolar untuk penelitian dalam mengatasi problem sosial di masyarakatnya, maka Islam melenyapkan kebiasaan yang telah mengakar di masyarakat jahiliah hanya dengan beberapa lembar ayat Quran.” – Sayyid Quthb.
Islam memiliki solusi mengakar untuk menciptakan masyarakat yang sehat jiwanya. Islam dengan seluruh risalahnya yang luhur telah menjaga bangunan masyarakat dengan penjagaan yang sempurna. Masyarakat Madinah adalah model terbaik dari masyarakat yang sehat dan berperadaban luhur. Islam, sejak kelahirannya di Jazirah Arab, telah menorehkan prestasi yang luar biasa dalam membawa masyarakatnya pada keluhuran martabat.
Visi Islam ini memastikan bahwa modernitas dan kemajuan tidak akan menyebabkan gangguan dan kerusakan sosial di masyarakat; sehingga kemajuan teknologi dalam Islam tidak membutuhkan biaya sosial.
5. Bagaimana peran muslimah dalam mewujudkan solusi yang ustadzah paparkan sebelumnya?
Dalam pandangan Islam, perempuan adalah pusat peradaban. Kaum Muslimah memegang peranan penting dalam mempertahankan keluarga dan sekaligus identitas Islam masyarakat Muslim. Masyarakat yang sehat bisa dicapai jika kaum Muslimah sadar di mana posisinya yang tepat dan kembali meraih posisi itu. Posisi utama perempuan adalah sebagai pendidik generasi masa depan. Ibu yang cerdas, beriman dan sadar akan tugas utamanya, akan melahirkan generasi-generasi pejuang yang akan memperbaiki kondisi umat Islam.
Di Barat, wujud dan peran utama perempuan ini telah dihancurkan, akibatnya yang terjadi adalah penyakit sosial dan kejahatan merajalela, padahal kezaliman yang paling buruk adalah rusaknya moral dan integritas kaum perempuan, karena akan menjalar ke seluruh sendi sosial masyarakat.[]
sumber: https://www.facebook.com/Far.Eastern.Women.4.Khilafah/posts/837188049688247:0