Agenda Barat Dibalik Serangan terhadap Syariah
HTI Press. Banda Aceh, 7 Maret 2015. Gema takbir membahana di AAC Dayan Dawood, Komplek Unsyiah, Banda Aceh, tempat penyelenggaraan Konferensi Perempuan dan Syariah. Peserta masih serius dan antusias menyimak suguhan acara demi acara. Seperti orasi Anggota Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Ustadzah Asma Amnina yang menyampaikan materi dengan tema “Dibalik Serangan Terhadap Perempuan dan Syariah Islam”.
Asma mengatakan, bahwa negara-negara imperialis di bawah pimpinan AS, menjadikan konferensi-konferensi gender untuk memutuskan keterikatan kaum muslimin dengan peradaban dan budaya Islam. Dalam salah satu dokumen yang digagas lembaga think tank AS, RAND Corporation: Building Moderate Muslim Network (2007) disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran utama dalam perang pemikiran melawan Islam. Karena itulah promosi kesetaraan gender menjadi komponen penting dari setiap proyek kafir imperialis untuk kian menjauhkan kaum muslimin dari syari’ah kaaffah.
Gagasan kesetaraan gender terintegrasi dalam pembangunan demokrasi dan menjadi salah satu agenda penting demokratisasi AS. Beberapa strategi yang dilancarkan AS untuk mempercepat proyek penjajahannya lewat program-program gender antara lain:
- Mempercepat partisipasi ekonomi perempuan.
- Mencegah dan menanggapi kekerasan berbasis gender.
- Mempromosikan partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan.
AS tidak sendirian dalam melakukan penjajahan, PBB adalah alat AS untuk menjajah negeri-negeri dunia ketiga. PBB memiliki sebuah badan tunggal yang bertugas mempercepat kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Badan itu adalah UNWomen, yang memiliki prioritas program meningkatkan partisipasi politik perempuan; pemberdayaan ekonomi perempuan (PEP); mengakhiri kekerasan terhadap perempuan; partisipasi perempuan dalam proses perdamaian; serta responsivitas gender dalam rencana dan anggaran.
Meski Amerika Serikat tidak sedigdaya dulu, namun saat ini belum ada satu kekuatanpun yang mampu menandinginya. Bukan tak ada, tapi belum muncul. Adalah sebuah keniscayaan bahwa akan ada the emerging state –kekuatan raksasa-, yang akan menggantikan semua penjajahan Kapitalis, serangan dan keburukannya yang menimpa semua bangsa, termasuk perempuan. Khilafah Islamiyyah-lah yang akan kembali berjaya, mengembalikan kecermelangan Islam dan kemuliaan seluruh umat manusia.
Pemutaran sebuah film yang menggambarkan tentang keunggulan Syariah Islam memberikan gambaran jelas bahwa Islam adalah satu-satunya pandangan hidup yang bisa mensejahterakan, menghargai dan memuliakan perempuan. Perempuan memiliki hak mendapatkan pendidikan sama seperti laki-laki, perempuan memiliki hak ekonomi sebagaimana laki-laki. Prempuan akan disejahterakan, dimuliakan dengan adanya ajaran larangan khalwat, kewajiban jilbab dan lain-lain. Namun semua itu tidak akan terjadi kecuali Islam diterapkan secara sempurna dalam naungan negara Khilafah. []