Pembangkit listrik satu-satunya di Gaza telah berhenti berproduksi, kata otoritas energi yang dijalankan Hamas, hari Kamis, menyusul terjadinya perselisihan dengan Otoritas Palestina (OP) di Tepi Barat mengenai pajak bahan bakar.
Hamas membayar Otoritas Palestina untuk bahan bakar yang diimpor ke Gaza yang terkepung, tetapi mereka sekarang kekurangan uang dan tidak mampu untuk menutupi biaya pajak tambahan.
Pada bulan Desember, Qatar ikut menyumbangkan $ 10.000.000 (€ 9.000.000) kepada Otoritas Palestina untuk menutupi pajak, yang secara efektif membebaskan Hamas untuk membayarnya.
Tapi uang sebanyak itu cepat habis, dan OP bersikeras Hamas harus mulai membayar pajak lagi, gerakan Islam itu mengatakan.
“Pembangkit listrik berhenti memproduksi listrik pada malam hari, setelah dana sumbangan Qatar untuk menutupi biaya bahan telah bakar habis,” kata otoritas energi di Gaza.
Gaza diblokade dan dikendalikan oleh Israel pada dua pintu penyeberangan, serta diisolasi oleh penutupan pintu ketiga oleh Mesir.
Pembangkit listrik itu membutuhkan 550.000 liter (145.000 galon) bahan bakar per hari untuk menghasilkan sesuai kapasitas, otoritas energi mengatakan.
Bahkan saat pembangkit itu berjalan, Gaza menderita 12 jam pemadaman listrik setiap hari, dan diperkirakan akan meningkat sampai 18 jam setelah penutupan pembangkit listrik itu.
Hamas dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang mendominasi OP, menandatangani kesepakatan persatuan pada bulan April namun melihat pemerintah yang berbasis di Tepi Barat mengambil alih pemerintahan dan keamanan di Jalur Gaza.
Namun kesepakatan itu tertunda oleh berbagai sengketa, termasuk lebih karena pembayaran pasukan keamanan Hamas, kesepakatan yang belum diimplementasikan, dan Hamas yang masih menguasai Gaza. (france24.com, 5/3/2015)