Kampanye Perempuan dan Syari’ah: Akhiri Tuduhan Palsu terhadap Syari’ah
HTI Press. Semarang. MHTI DPD II Kota Semarang, menggelar Aksi dengan tema “Kampanye Perempuan dan Syari’ah: Akhiri Tuduhan Palsu terhadap Syari’ah” bertempat di bundaran Tugu Muda, Semarang (Ahad, 8 Maret 2015). Aksi berlangsung dari pukul 08.00 – 10.00 WIB. Hadir puluhan Muslimah dengan membawa poster dan bendera Liwa-Roya berjajar mengelilingi Tugu Muda.
Ustadzah Husnul Khotimah dari Muslimah HTI Kota Semarang selaku orator pertama menyerukan bahwa muslimah rindu dan menginginkan Khilafah. Khilafah adalah sistem kepemimpinan umum yang meriayah umat dengan Syari’at Islam dan membebaskan umat dari cengkeraman kafir penjajah.
Orator kedua Ustazah Dumilah dari Lajnah Fa’aliyah Muslimah HTI DPD I Jawa Tengah menyampaikan, bahwa para Imam ternama yang karyanya masih dijadikan rujukan umat saat ini seperi Imam Syafi’I dan yang lainnya lahir dari para ibu yang tangguh. Karena anak adalah aset berharga yang harus dijaga. Islam tidak mewajibkan para ibu bekerja mencari nafkah agar para ibu fokus dalam menjalankan peran domestiknya mendidik anak sebagai aset generasi pembangun peradaban terbaik.
Sememtara Ustadzah Ratih Respatiyani, anggota Lajnah Fa’aliyah Muslimah HTI DPD I Jawa Tengah. dengan semangat menyeru bahwa perempuan adalah ibu peradaban. Peradaban yang mampu memposisikan ibu sebagai pencetak generasi kuat dan tangguh hanya ada dalam Khilafah yang menerapkan aturan Allah, bukan dari pemikiran feminisme yang berbasis gender. Di akhir orasi Ustadzah Ratih menyeru: saatnya perempuan berkontribusi mewujudkan peradaban mulia dengan syari’ah islam.
Ustadzah Sri Endah Abdullah dari Muslimah HTI Kota Semarang, dengan tegas mengungkapkan bahwa saat ini para ibu khawatir dengan anak-anak remajanya akibat pergaulan bebas yang kian marak. Interaksi antara laki-laki dan perempuan kian bebas yang seringkali berujung pada perbuatan amoral dan kriminal. Inilah aturan pergaulan yang muncul dari sistem sekuler, sementara Islam mengatur interaksi lawan jenis dengan fokus pada aktivitas yang dibutuhkan. Larangan kholwat, ikhtilat, perintah menutup aurat dan menundukkan pandangan. Sistem Pergaulan dalam Islam ini bertujuan mengatur interaksi lawan jenis agar terjaga kehormatan dan kelestarian manusia, dan bukan bermaksud mengekangnya.
Orator kelima Ustadzah Dwi Jati Agustin, ketua Muslimah HTI Kota Semarang mengutip firman Allah dalam QS Al Hasyr: 7 yang artinya: “dan apa-apa yang diberikan Rosul kepada kalian ambillah dan apa-apa yang dilarang oleh Rosul maka tinggalkanlah..” . Dengan tegas Dwi menyeru bahwa berabad-abad syariat Islam diserang oleh kaum Barat feminis dengan cap tidak adil dan tidak berpihak pada perempuan. Ini adalah kebohongan, karena sejatinya hukum-hukum Islam memposisikan perempuan pada posisi terhormat dan mulia..
Ustadzah Siti Sholihat, ketua Muslimah HTI Jawa Tengah dengan lantang menyeru warga Semarang yang melintasi Tugu Muda. Kaum perempuan membutuhkan khilafah, umat membutuhkan perubahan yang revolusioner untuk menghentikan berbagai kondisi rusak saat ini. Muslimah Hizbut Tahrir terus konsisten dalam memperjuangakan kemuliaan perempuan dalam naungan Khilafah karena Khilafahlah satu-satunya sistem yang akan menempatkan perempuan pada kedudukan mulia. Mengakhiri orasinya, Siti menyeru bahwa umat Islam harus mengambil kewajiban mulia ini dengan segera berjuang menegakkan khilafah. Cuaca mendung makin menambah khidmat peserta aksi, acara diakhiri dengan untaian do’a yang dibawakan oleh Ukhti Mitha. []