Ratusan Muslimah Samarinda Hadir dalam Aksi Simpatik Kampanye Perempuan dan Syariah
HTI Press. Samarinda. Rinai hujan yang mengguyur kota Samarinda tidak menyurutkan tekad para muslimah HTI DPD I Kaltim untuk menggelar aksi simpatik yang berlangsung ahad pagi (22/3) di perempatan voorvo. Nampak ratusan muslimah yang hadir dengan membawa spanduk yang bertuliskan “Kampanye Perempuan dan Syariah, Akhiri Tuduhan Palsu Terhadap Syariah”. Aksi simpatik ini merupakan rangkaian kampanye global yang berlangsung secara serentak di beberapa kota besar di Indonesia. Aksi ini merupakan bentuk sikap yang diambil oleh Muslimah HTI terkait serangan yang dilancarkan tanpa henti oleh kaum feminis dan politis, media dan lembaga-lembaga sekuler terhadap hukum-hukum sosial dan keluarga dalam Islam termasuk pakaian muslim, hukum waris serta hak dan tanggung jawab perkawinan yang telah dicap terbelakang, tidak adil dan diskriminatif terhadap perempuan.
Pekikan takbir dari MC yang menggelora membakar semangat para peserta aksi. Orator mulai memanaskan suasana dengan menyampaikan bagaimana strategi kolonialisme Barat untuk memperlemah umat Islam salah satunya dengan ide feminis yang menjerat pikiran dan hati perempuan sebagai pusat dan jantung keluarga sekaligus pendidik generasi masa depan. Ide feminis yang merusak harus ditolak dengan tegas karena merupakan konsep kolonialisme di negeri-negeri muslim. Teriakan takbir membahana dari peserta mengiringi semangat orator. Khilafah sebagai pelaksana sistem Islam menjaga perempuan dengan memberikan pemenuhan atas hak-hak kaum perempuan. Khilafah memberikan berbagai bentuk jaminan kepada perempuan. Semua dapat tercapai dan terlaksana ketika khilafah diterapakan di dunia..
Para orator terus bergantian membakar semangat peserta aksi. Dengan lantang meneriakkan bahwa sesungguhnya Islam telah mengatur dengan rinci mengenai kedudukan perempuan. Selain sebagai hamba Allah yang punya kewajiban beribadah kepada Penciptanya juga sebagai pengelola rumah suaminya. Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan) mempunyai fungsi masing-masing. Ketika keduanya menjalankan perintah tersebut akan menjadikan mereka mulia. Ketika syariat diterapkan akan tercetak generasi dengan kepribadian Islam pembangun peradaban karena para ibu dapat melakukan tugasnya dengan sempurna.
Namun fakta saat ini perempuan dalam cengkeraman Kapitalisme. Neoliberal dan Neoimperialis telah menyebabkan perempuan hanya jadi budak nafsu. Tidak ada ketenangan dan ketentraman terlebih kesejahteraan, yang ada justru perempuan mengalami penderitaan, kemiskinan, pemerkosaan, dan kehinaan yang terus menerus terjadi. Sehingga tidak ada alasan untuk mempertahankan demokrasi dengan segala nilai-nilainya. Karena sesungguhnya peradaban yang mulia hanya ketika diterapkan aturan Islam dalam naungan Khilafah.
Aksi diakhiri dengan pembacaan press release yang mengajak para muslimah untuk bangkit menjadi mutiara peradaban. Mengajak seluruh tokoh muslimah, aktivis untuk memantaskan diri meraih kemuliaan dan kehormatan yang dijanjikan Allah dengan berjuang menerapkan syariah yang kaffah dalam bingkai khilafah islamiyah. []