Campakkan Feminisme, Perempuan Mulia dengan Syariah dan Khilafah
HTI Press. Lampung. Khilafah menempatkan perempuan sebagai sosok yang dimuliakan, karena perannya yang amat besar dalam mencetak generasi masa depan. Dalam Khilafah, akan diterapkan seperangkat aturan yang menjaga perempuan, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, maupun tatanan pergaulan.
Demikian petikan orasi yang disampaikan oleh Nurani Pasaribu selaku orator pertama pada aksi simpatik Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Lampung. Aksi yang mengangkat tema “Kampanye Perempuan dan Syariah: Akhiri Tuduhan Palsu terhadap Syariah” ini digelar pada Ahad (22/03) dengan long march dari Masjid Takwa menuju Tugu Adipura, Bandar Lampung.
Cuaca terik tidak menyurutkan semangat sekitar 150 muslimah yang ikut aksi. Sepanjang long march, panitia juga menyebarkan selebaran kepada masyarakat Bandar Lampung. Aksi yang dimulai pukul 08.30 WIB ini menghadirkan 6 orator.
Orator kedua, Nur Aini menyatakan bahwa, istilah kaum feminis tentang perempuan ‘hanya menjadi ibu rumah tangga’, sesungguhnya merupakan penghinaan. Karena dalam Islam, sosok ibu rumah tangga merupakan peran yang strategis dan politis, sangat penting sebagai pendidik pertama bagi anak.
Sri Hartanti, orator ketiga, mengatakan bahwa dalam Islam peran dan hak perempuan di ranah publik meliputi, Hak dan kewajiban baiat pemimpin; Hak memilih dan dipilih menjadi anggota majelis ummah, yakni aparat negara Islam yang bertugas mengoreksi penguasan dan menyampaikan pendapat ummat kepada negara; Berdakwah dan amar ma’ruf nahi munkar; dan Menasehati serta mengoreksi penguasa.
Orator keempat, Siti Rohimah menyampaikan tentang cara pandang Islam terhadap perempuan yang sangat berbeda dengan kapitalisme sekuler. Dalam Islam, perempuan kehormatan yang wajib dijaga, dilindungi dengan menutup aurat, diberi kedudukan mulia sebagai ibu pendidik generasi dan manager rumah tangga, dijamin kebutuhan hidupnya, dijaga mahram dalam perjalanan sehari semalam. Islam juga melarang perempuan bekerja dalam pekerjaan yang akan merendahkan martabatnya. Sedangkan kapitalisme, justru memandang perempuan sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan, dieksploitasi dan dijadikan alat promosi produk ekonomi.
Sementara Ari mengkritisi tentang ide-ide feminis Neolib dan Neoimperialisme. Menurutnya, feminisme telah membawa penderitaan, penghinaan, dan kesengsaraan terhadap kaum perempuan. Ari menyeru kepada masyarakat Bandar Lampung untuk mencampakkan feminisme, Neoliberal, dan Neoimperalisme dengan kembali ke sistem Islam. Karena saat ini perempuan terpuruk bukan karena Islam, melainkan karena tidak diterapkannya Islam.
Orator terakhir, Ida Ul Hasanah, menjelaskan tentang kiprah MHTI yang konsisten dalam mengemban ide-ide yang memelihara dan memuliakan perempuan. Ida menyeru kepada masyarakat Bandar Lampung untuk mendukung penerapan sistem khilafah di bumi Allah ini, karena Khilafah merupakan satu-satunya sistem yang akan memuliakan perempuan. MHTI sebagai gerakan yang peduli generasi untuk masa depan umat, adalah gerakan yang ideologis, syar’i, cerdas, solutif. Memiliki visi politik yang jelas bagi status dan kehidupan perempuan, yang membebaskan perempuan dari kemunduran dan penindasan. MHTI terus berupaya untuk melakukan edukasi agar muslimah menjadi individu yang tunduk pada semua aturan Allah, menjadi istri sholihah, ibu pendidik generasi, dan warga negara yang berhak dan berkewajiban sesuai tuntunan syariah.
Aksi ini merupakan rangkaian kampanye global yang digelar oleh Central Media Office Hizb ut tahrir, pada 28 Maret 2015 mendatang di 5 negara, yakni Inggris, Tunisi, Turki, Palestina, dan Indonesia. Aksi berakhir tertib pada Pukul 10.30 WIB yang diringi dengan rintikan hujan yang menghapus teriknya cuaca. []
Setuju dengan MHTI…
Selamat berjuang untuk menegakkan agama Allah..