MHTI Jambi Menggelar Aksi Simpatik Kampanye Global Perempuan dan Syariah
HTI Press. Jambi. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Jambi melaksanakan aksi simpatik Kampanye Global Women and Shariah dengan tema “Perempuan dan Syariah; Akhiri Tuduhan Palsu Terhadap Syariah” (22/03/2015). Aksi diikuti sekitar 30 peserta, diselenggarakan sebagai bentuk simpatik dan perjuangan dalam memperjuangkan hak dan peran perempuan yang telah terjajah oleh para kapitalis.
Diawali long march dari Museum Siginjai Provinsi Jambi sampai Perempatan Bank Indonesia, Telanai Pura, Kota Jambi. Pembacaan kalam ilahi oleh Sitti Soleha menjadi pembuka aksi.
Orator pertama, Sitti Amina memaparkan bahwa Islam memandang keberadaan perempuan sebagai bagian dari masyarakat. Perempuan memiliki kewajiban yang sama untuk mewujudkan kesadaran politik pada diri mereka dan masyarakat secara umum.. “Peran dan hak perempuan dalam politik adalah hak dan kewajiban baiat, hak memilih dan dipilih menjadi anggota majelis ummah, kewajiban berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, kewajiban menasehati dan mengoreksi penguasa serta kewajiban menjadi anggota partai politik.”
Titin Ernawati, orator berikutnya menyampaikan tentang strategis politis peran domestik perempuan. Banyak perempuan yang tidak menyadari betapa penting peran domestiknya bagi sebuah peradaban. Saat ini perempuan hanya mengejar materi belaka dan tidak menyadari fitrah yang sebenarnya. “Peran perempuan adalah mencerdaskan generasi dengan tsaqofah Islam, membina generasi penerus Islam serta memperjuangkan Syari’ah dan Khilafah agar perempuan berada pada posisi yang mulia yakni sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga.”
Orator ke tiga, Sri Handayani menympaikan bahwa, Islam terbukti telah memuliakan kehormatan perempuan dan hal ini telah terjadi berabad-abad lamanya. Saat Khilafah tegak ada seorang perempuan pernah tersingkap auratnya dan khilafah langsung turun tangan untuk menindaklanjuti kasus ini. Begitu sempurna Islam menjaga kehormatan perempuan dan melindungi hak-hak perempuan.
Seruan kepada umat untuk mencampakkan ide feminisme, neolib, dan neoimperialisme disampaikan oleh Rakhmalini,S.Kep. “Feminisme adalah strategi barat untuk menghancurkan perempuan. Ide ini menjadikan perempuan lupa akan fitrahnya sebagai istri dan ibu serta melalaikan kaum prempuan terhadap kewajibannya.”
Sumirna Puspita, orator terakhir menyampaikan tentang Kiprah MHTI yang konsisten dalam perjuangan penegakan Khilafah dan membangun kesadaran politik perempuan. MHTI konsisten terhadap perjuangannya untuk mengajak seluruh perempuan Indonesia kembali kepada hukum-hukum Allah yang diterapkan dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.
Aksi diakhiri dengan pembacaan surat terbuka oleh ustadzah Vera Carolina sebagai gambaran kehidupan perempuan akan bahagia dan sejahtera dalam naungan Khilafah Islamiyah. []