Kampanye Darat MHTI DIY: Nahnu, Nahnu, Nahnu Ansharullah

foto#6

HTI Press. Yogyakarta. Sebagai bagian dari rangkaian kampanye global Women and Shariah Muslimah HTI DPD I HTI DIY menggelar aksi damai sekaligus kampanye darat part II dengan tema “Mengakhiri Serangan Terhadap Syariah Islam” di Titik Nol KM, Ahad (22/3).

Suasana di Titik Nol KM pagi itu sangat crowded. Pasalnya, secara bersamaan tengah diselenggarakan pentas anak-anak penyandang difabel, namun berkat pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala acara aksi dapat segera berlangsung, tanpa harus mengganggu satu sama lain.

Aksi ini diikuti oleh 300 orang muslimah dari berbagai kalangan dan profesi, seperti ibu rumah tangga, intelektual dan akademisi, serta mahasiswa bahkan pelajar, serta dari berbagai kabupaten diantaranya Sleman, Kota Jogja, Bantul, dan sebagainya.

“Nahnu, Nahnu, Nahnu Ansharullah!” yel-yel yang diteriakkan sejak awal dimulainya rangkaian aksi pagi ini, menegaskan bahwa seluruh muslimah yang hadir saat itu  siap berkomitmen untuk menjadikan diri mereka sebagai penolong agama Allah!

Orasi pertama disampaikan oleh saudari Baryani perwakilan dari Lajnah Khusus Sekolah MHTI DIY, dengan judul “Menjawab Tuduhan Keji terhadap Syariah islam dari Kaum Feminis Liberal.”

Upaya-upaya meracuni pemikiran masyarakat yang dilakukan oleh kaum feminisme dengan ide-ide nya terus mengalir. Mereka mendefinisikan keadilan sebagai persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Mereka juga melontarkan tuduhan Islam mengekang kebebasan perempuan dengan serangkaian aturan. Begitu pula mereka menggugat hukum khalwat, safar, izin istri dan sebagainya sebagai pengekangan terhadap perempuan. Pada kenyataannya kaum Barat lah −yaitu kaum pencetus ide feminisme− yang justru tidak dapat menjaga kehormatan wanita.

“Maka mulai saat ini mari kita perjuangkan bersama-sama tujuan mulia ini, menjaga kehormatan wanita dengan penerapan Islam.” ajakan Saudari Baryani.

Orasi kedua disampaikan oleh Saudari Zakila Nur’ainun dari Lajnah Khusus Mahasiswa dengan judul “Di Balik Serangan terhadap Perempuan dan Syari’at Islam”.

Zakila memulai orasinya dengan mengutip peringatan yang disampaikan oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Mafahim Siyasiyah Li Hizbit Tahrir An-Nabhani mangingatkan kita bahwa ide-ide tentang gender adalah senjata yang digunakan oleh Barat untuk memutus hubungan Muslim dengan Islam.

Barat berjuang mati-matian, mengorbankan waktu, tenaga, dan harta untuk menyebarkan ide feminisme dalam rangka melawan Islam. Barat juga mendorong kaum perempuan untuk keluar, bekerja dan meninggalkan anak-anaknya, Kapitalis Barat mendorong kaum perempuan untuk duduk di kursi pemerintahan, dengan dalih agar perempuan lebih terlindungi dan sejahtera. “Namun, apakah keberadan perempuan di kursi pemerintahan, legislatif, dan hukum berkorelasi positif terhadap kesejahteraan perempuan?” Para peserta kompak menjawab “TIDAAAAK!!!”

Ide kesetaraan gender juga digunakan Barat untuk menyerang syariat Islam dengan menyebut beberapa syariat Islam sebagai penindasan kepada perempuan. Mereka menuduh larangan khalwat dan mendekati zina sebagai pengekangan dan kriminalisasi terhadap perempuan. Hal ini sejatinya adalah penghinaan terhadap syariat Islam yang mulia. Di saat yang sama mereka mengklaim peradaban Barat lebih mulia, tidak diskriminatif dan ramah terhadap perempuan. Tidak cukup sampai di situ, Barat pun mencoba menjadikan para Muslim dan Muslimah untuk menjadi lebih moderat dan mengaburkan identitas keislaman mereka. Zakila menutup orasinya dengan pernyataan bahwa ideologi Kapitalisme tidak akan bertahan lama dan sudah mulai terlihat melemah. Adalah Islam satu-satunya Ideologi alternatif yang harus kita usung sebagai penggantinya. Hanya Islam yang mampu mengalahkan Kapitalisme dan memuliakan perempuan. “Maka, mari kita perjuangkan penerapan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah yang akan memuliakan perempuan, Allahu Akbar!!”, serunya penuh semangat.

Orasi ketiga disampaikan oleh saudari Anisah Rahmawati S.,Kep.,Ns.,CWCCA perwakilan dari Lajnah Khusus Intelektual MHTI DIY, dengan judul “Mengakhiri Serangan Terhadap Syariah, Menerapkan Islam Kaffah dengan Khilafah”.

Beliau menyampaikan bahwa dalam hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa “ Sesungguhnya perempuan adalah saudara kembar laki-laki” ini mengindikasikan bahwa perempuan dan laki-laki berada dibawah aturan syariah yang sama, kecuali aturan untuk perbedaan kodratnya sebagai seorang laki-laki atau pun perempuan”

Para perempuan terlibat aktif dalam aktivitas mengoreksi penguasa , para perempuan terlibat aktif dalam aktivitas militer dalam hal ini turun langsung dalam pasukan atau petugas penting back up pasukan. Para perempuan juga tetap menjadi garda terdepan pemilik ilmu pengetahuan dan begitu banyak ilmuwan ataupun mujtahidah dari kalangan perempuan.

Keberadaan khilafah adalah suatu kewajiban dalam islam, seluruh perempuan islam memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan tegaknya kembali sistem ini. Melalui nilai-nilai dan hukum yang diadopsinya, Khilafah menekankan pentingnya mengembalikan perempuan sebagai ibu generasi, sebagai peran strategis yang tak bisa ditandingi dengan kedudukan jabatan apapun.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan SURAT TERBUKA UNTUK PEREMPUAN INDONESIA yang disampaikan oleh Ustadzah Aeni Qori’ah selaku Ketua MHTI DPD I DIY, sebagai upaya penyampaian kebenaran, ajakan perjuangan dan peringatan atas kelalaian pihak-pihak terkait akan hal ini. Pembacaan surat terbuka ini disambut takbir yang meriah oleh peserta sebagai tanda kepedulian yang sangat tinggi kepada wanita di dunia dan juga Indonesia. Allahu Akbar!!

Aksi damai ini diakhiri dengan do’a oleh Ustadzah Nur Hayati dan ditutup oleh MC dengan kata-kata perjuangan yang menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya. []

foto#3

foto #1

orator1_Baryani

orator2_Zakila

orator 3_Anisa

Nurhayati_Doa

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*