Terik Matahari Membakar Semangat Peserta Aksi Simpatik Perempuan dan Syariah MHTI Semarang

DSCF2228

HTI Press. Semarang. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kota Semarang, menggelar Aksi dengan tema “Kampanye Perempuan dan Syari’ah: Akhiri Tuduhan Palsu terhadap Syari’ah” (22/03). Aksi yang ke dua ini dihadiri ratusan muslimah dengan membawa atribut aksi yang berjalan mengelilingi Simpang Lima.

Orator 1 Ustadzah Ninik Rustanti, aktivis Muslimah HTI Kota Semarang, berorasi tentang “Bagaimana Khilafah Menjaga Perempuan”. Sistem kapitalisme sekuler dengan ide-ide feminis dan gendernya sejatinya telah mengeksploitasi perempuan dari sisi fisik belaka bukan dari sisi pengetahuan dan keahliannya. Sistem ini pula yang telah memaksa para perempuan bekerja karena tuntutan ekonomi rumah tangga. kemiskinan perempuan menjadi problem cukup serius di sebagian besar negri-negri kaum muslim. Sementara perempuan Barat yang meski berkecukupan dari sisi materi, namun jauh dari kebahagiaan sejati. Perempuan Barat sangat rentan mengalami tindak kekerasan seperti pemerkosaan, pelecehan seksual bahkan pembunuhan.

Orator ke 2 Ustadzah Febri Velantika, Koordinator  Tim Aktivis MHTI DPD II Semarang, berorasi tentang “Perempuan bukan Aset Ekonomi”. Saat ini perempuan di berbagai negeri Islam jauh dari predikat khoiru ummah (ummat terbaik). Sistem kapitalisme demokrasi  melalui ide-ide turunannya yakni liberalisme dan feminisme berasumsi bahwa berbagai persoalan yang membelit perempuan saat ini akan terurai dengan membebaskan perempuan untuk  berkiprah di berbagai ranah publik, dengan slogan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.

Orator ke 3 Ustadzah Ratih Respatiyani, Tim Lajnah Fa’aliyah Muslimah HTI Jateng, berorasi tentang “Kiprah Perempuan di Publik”. Perempuan adalah ibu peradaban, partisipasi tinggi para muslimah dalam menciptakan peradaban gemilang  hanya ada dalam sejarah Islam. Imam Asy Syafi’i sosok ulama ternama yang karya-karyanya masih dijadikan rujukan hingga saat ini, terlahir dari sosok ibu tangguh yang paham Islam, bukan feminisme. Fathimah binti Malik bin Marwan istri Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah contoh lain sosok muslimah tangguh yang berhasil menjadi partner suami menjalankan amanah besar menyejahterakan rakyat. Sekaranglah saatnya para perempuan kembali pada fitrahnya dengan menjalankan peran yang digariskan Allah SWT.

Orator ke 4 Ustadzah Syam Purwaningsih, aktivis Muslimah HTI Kota Semarang berorasi tentang “Feminisme Mengokohkan Kolonialisme”. Perkawinan antara  kolonialisme-imperialisme dengan feminism adalah suatu hal yang kini niscaya. Hakikat feminisme tak lain adalah penjajahan terhadap perempuan, untuk makin mengokohkan cengkeramannya di negeri-negeri islam. Campakkan feminism, ganti dengan Islam, satu-satunya aturan yang memuliakan perempuan. Menjadi ibu generasi kuat dan tangguh hanya dalam naungan Khilafah.

Orator ke 5 Ustadzah Dwi Jati Agustin, Ketua Muslimah HTI Kota Semarang, berorasi tentang “Seruan pada Umat untuk mencampakkan Ide Feminisme, Neoliberalisme dan Neoimperialisme”. Sampai hari ini kaum feminis dan aktivis gender tak henti mengatakan bahwa syari’ah Islam diskriminatif dan tidak adil bagi perempuan. Namun semua itu adalah kebohongan.

Orator ke 6  Ustadzah Siti Sholihat, Ketua Muslimah HTI DPD I Jateng, berorasi tentang “Kiprah MHTI yang Konsisten dalam Mengemban Ide-Ide yang Memelihara Kemuliaan Perempuan”. Umat hanya butuh Khilafah, satu-satunya sistem yang akan mengakhiri segala bentuk penderitaan yang dialami kaum perempuan akibat diterapkannya kapitalisme liberalisme termasuk feminisme. Untuk itu Hizbut Tahrir menetapkan visi perjuangan menegakkan khilafah sebagai umm faraidl [induk dari kewajiban]. Muslimah Hizbut Tahrir menyeru kaum muslimah untuk memenuhi kewajiban utama ini, meraih pahala dan kemuliaan dalam berjuang  menegakkan khilafah.

Alhamdulillah aksi simpatik berjalan dengan lancar, terik matahari makin membakar semangat peserta aksi, ratusan flyer dan surat untuk Indonesia yang dibacakan setelah orasi turut dibagikan kepada para pengguna jalan. Acara diakhiri dengan pembacaan doa. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*