Pendengar yang dirahmati Allah, Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir menyelenggarakan Konferensi Perempuan Internasional pada hari ini, Sabtu 28 Maret 2015.
Konferensi ini merupakan puncak dari kampanye global yang dilakukan sejak bulan Februari, yang berjudul “Perempuan dan Syariah: Memisahkan Realita dari Fiksi”.
Konferensi ini akan menjadi salah satu konferensi yang unik di dunia, karena digelar serentak di lima negara, terhubung satu sama lain dan disiarkan secara streaming.
Kami ingin berbagi kepada pendengar sekalian, rangkaian opini yang disampaikan oleh pembicara dari berbagai negara pada konferensi ini.
Konferensi Perempuan Internasional di Indonesia, dibuka dengan kalimat iftitah. Peserta disambut oleh penanggungjawab Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Ustadzah Ratu Erma Rahmayanti.
Beliau sampaikan bahwa konferensi ini unik, karena menantang narasi barat. Mari kita simak bersama.
Acara ini berpusat di Inggris sehingga dipandu oleh host, sister dari Inggris. Demikian pula pembacaan Al Qur’an, oleh sister dari Hizbut Tahrir Britain.
Pembicara pertama Sister Hajar Ya’qobi dari Tunisia. Beliau adalah Anggota Hizbut Tahrir Tunisia, ketua panitia Konferensi Perempuan Internasional bersejarah di Tunisia 2012.
Beliau menyampaikan tentang “Hukum Internasional atau Syariah: Mana yang Harus Menetapkan Hak Perempuan di Dunia Islam?”
Orasi ini menjawab pertanyaan: Siapakah yang berhak menetapkan hak-hak perempuan di dunia Islam?. Mari simak selengkapnya.
Pada konferensi ini juga diputar video tentang mematahkan mitos-mitos terkait Harem di dalam Khilafah Utsmani.
Pembicara ketiga disiarkan secara langsung dari Inggris, disampaikan oleh Dr. Nazreen
Nawaz. Beliau direktur Divisi Muslimah di Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir. Beliau akan menyampaikan materi berjudul “Menepis Mitos-Mitos Media terhadap Perempuan dan Syariah”.
Narasi bahasa Indonesia dibacakan oleh Ustadzah Ishmah Kholil, Ketua DPP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia.
Penyampaian materi keempat, disiarkan secara langsung dari Palestina, yakni oleh Ummu Salih. Beliau menyampaikan tentang “Klarifikasi Status Perempuan di dalam Cahaya Sistem Sosial Islam yang Unik”.
Pembicara kelima, disiarkan langsung dari Indonesia, disampaikan oleh Ustadzah Iffah Rochmah. Beliau adalah Jurubicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dan beliau akan menyampaikan materi berjudul “Sebuah Visi Kehidupan Perempuan di bawah Naungan Syariah Islam”.
Setelah materi kelima, dibuka sesi tanya jawab untuk peserta Indonesia sebagaimana dilakukan di masing-masing negara penyelenggara.
Live streaming dari Indonesia, juga dinikmati oleh saudara kita di Malaysia, sehingga pertanyaanpun dibuka untuk penonton dari Malaysia yang disampaikan via media sosial.
Pada sesi ini, turut menjawab pertanyaan; Ustadzah Ratu Erma Rahmayanti (Penanggungjawab MHTI), Ustadzah Iffah Ainurrahmah (Juru bicara MHTI), Ustadzah Fika M Komara (Anggota Central Media Office Muslimah Hizbut Tahrir). Mari simak pertanyaan-pertanyaan unik yang diajukan oleh peserta.
Pada sesi kali ini, diputarkan sebuah video berjudul “Hari Ketika Muslimah Kehilangan Perisainya”. Pada tanggal 3 Maret 1924, apakah yang terjadi di hari itu?
Pembicara yang keenam sekaligus yang terakhir, disiarkan secara langsung dari Turki dan disampaikan oleh Sister Selda Karademir. Sister Selda akan menyampaikan materi dengan judul “Peran Perempuan dalam Menciptakan Perubahan Politik yang Hakiki”.
Sister Selda akan membahas bagaimana metode feminis yang ternyata tidak pernah mengantarkan apapun yang dijanjikannya kepada perempuan.
Concluding remark atau kesimpulan dari konferensi ini, disampaikan oleh Dr. Nazreen Nawas, diwakili oleh Sister Fika M Komara.
Sister Nazreen menyampaikan agar kita berhenti menggunakan pandangan feminis sebagai lensa untuk memandang diri kita, bongkar janji-janji palsu kaum feminis dan menyajikan kebenaran syariah dan apa yang ditawarkannya untuk perempuan.
Video penutup yang disuguhkan pada akhir acara ini berjudul “Seruan Hangat dari Muslimah Hizbut Tahrir”.
Berikut ini adalah kemasan playlist, Pendengar dapat memutar rekaman acara ini tanpa jeda.