Masyarakat Ekonomi ASEAN, Ancaman Bagi Indonesia

iim MEA (6) HTI Press, Bandung. Lajnah Khusus Mahasiswa (LKM) Hizbut Tahrir Bandung Raya kembali mengadakan diskusi publik, Islamic Intellectual Meeting edisi ke-10, Sabtu (21/3) di Aula Kampus Politeknik Piksi Ganesha. Kali ini LKM HTI Bandung Raya mengangkat tema “Masyarakat Ekonomi ASEAN: Gerbang Liberalisasi Holistik Ekonomi Indonesia” dengan menghadirkan pembicara, Firman Alimuddin (Gema Pembebasan Kota Bandung), Andika Permadi (LKM HTI Bandung Raya) dan Dhani Kusumawadhana (LKM HTI Jawa Barat).

Dalam pemaparannya, Firman mengatakan bahwa MEA sebenarnya adalah perpanjangan tangan dari WTO, “Dan yang harus kita ketahui bahwa MEA bukan hanya free trade namun merupakan economic community. Jadi konteksnya lebih luas, dan yang terjadi akhirnya adalah Indonesia hanya akan menjadi santapan negara ASEAN yang makmur, belum lagi kendali negara-negara mitra ASEAN yang ikut akan ‘memangsa’ Indonesia,” jelasnya.

Selaras dengan Firman, Andika menjelaskan perbedaan MEA dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya yang pernah diikuti Indonesia. “MEA sudah masuk dalam tahapan common market yang membebaskan arus barang dan jasa selain menghilangkan segala macam hambatan perdagangan” ungkapnya.

Secara spesifik, lanjut Andika, digencarkannya pasar bebas dapat memukul eksistensi UMKM yang ada di Indonesia dengan menciptakan persaingan yg tidak berimbang dan berubahnya struktur kerja UMKM. “Dengan segala macam kemudahan yang dibuka, pada dasarnya tidak murni untuk kepentingan masyarakat luas, karena pada faktanya arus barang dan jasa di MEA diprioritaskan pada sektor-sektor tertentu saja sebagai objek yang dimasukkan dalam perjanjian. MEA hanyalah salah satu jalan dari para kapitalis untuk menguasai sektor-sektor strategis di Indonesia sehingga bisa melanggengkan cengkeramannya terhadap perekonomian Indonesia,” jelas Alumni ITB ini.

Perwakilan LKM HTI Jawa Barat, Dhani Khusumawardana, mengatakan MEA tidak lebih dari jebakan dari skenario besar yang didesain oleh kapitalis untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. “Karena itu kami memandang satu-satunya jalan untuk jebakan ini adalah Indonesia harus keluar dari perjanjian-perjanjian internasional, serta mengubah paradigma ekonomi mereka yang saat ini diarahkan oleh ideologi kapitalisme. Hizbut Tahrir sendiri menawarkan sistem ekonomi Islam untuk mengganti sistem kapitalisme yang ada saat ini dan kami yakini sistem Islam adalah satu- satunya alternatif bagi negeri ini,” ucapnya retorik. []MI Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*