Remaja dalam Jeratan Kecantikan
HTI Press. Lumajang. LKS (Lajnah Kontak Sekolah) MHTI DPD II Lumajang sebagai promotor dari KAMUSS (Komunitas Muslimah Sholehah ‘n Smart) kembali menyelenggarakan kajian rutin BBM (Bincang-Bincang Muslimah). Agenda yang bertemakan “Cantik tapi syar’i (Remaja dalam jeratan kecantikan)” ini mengundang pelajar-pelajar dari beberapa sekolah di Lumajang dan dihadiri oleh lebih dari 20 peserta (21/03/2015).
Sapaan hangat oleh Ustadzah Delina Ayu Budi Maitasari, S.ST selaku MC kepada seluruh peserta yang hadir sebagai tanda dibukanya acara. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian Muslimah HTI terhadap kondisi remaja saat ini yang semakin memprihatinkan, dimana berbagai permasalahan di dunia remaja kerap mewarnai.
Materi disampaikan oleh Ustadzah Maria Alex Sandra, S.Pd (Koordinator LKS MHTI DPD II Lumajang) mengajak kepada seluruh peserta untuk kembali pada Islam untuk mengatur segala aspek kehidupan termasuk memhami makna ‘cantik’.
Sandra memaparkan dengan jelas seputar fenomena remaja putri khususnya remaja Muslimah yang beramai-ramai mengikuti kontes-kontes kecantikan juga ajang-ajang bakat, dengan anggapan bahwa kontes-kontes tersebut akan mengasah bakat mereka serta menjadikan mereka remaja yang berprestasi. Padahal kontes atau ajang-ajang tersebut tidak bisa menjadikan mereka benar-benar berprestasi.
Para remaja yang identik dengan masa pencarian jati diri dan keinginan untuk menunjukkan eksistensi diri mereka di tengah-tengah lingkungannya, dimanfaatkan oleh para penyelenggara kontes-kontes tersebut untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Menganggap bahwa ajang-ajang bakat akan mencerdaskan para remaja adalah salah besar. Para remaja justru makin disesatkan oleh sekian banyak kontes dan ajang bakat yang diadakan di negeri ini. Tidak terkecuali kontes yang mengangkat tema Islami, seperti kontes World Muslimah. Dari luar terlihat bahwa kontes kecantikan ini lebih baik karena tema-tema Islami yang diusung. Namun nyatanya, kontes ini sama saja seperti kontes kecantikan lainnya, hanya memerhatikan penampilan semata.
Dalam sistem kapitalisme yang saat ini menjadi ideologi dunia berpandangan bahwa penampilan “ideal” yang seolah dituntutkan kepada para perempuan. Para perempuan dijejali persepsi2 negatif tentang wajah dan tubuhnya agar tetap merasa kurang sempurna yang dari diharapkan akan terperangkap dalam cara pikir yang keliru mengenai tubuhnya (mengeksploitasi tubuhnya) dan melariskan produk.
Muslimah HTI berupaya untuk merangkul remaja agar kembali menjadi generasi yang produktif dan berkontribusi pada perubahan umat. Hal ini bisa dicapai jika remaja muslim terdorong untuk menjadi sosok yang SMART dan itu hanya bisa dicapai dengan memahami Islam.
Islam mengajarkan konsep dan pemikiran yang benar tentang hakikat perempuan dan nilai serta standar kemuliaannya. Kehormatan dan kemuliaan perempuan dalam Islam tidak diukur dengan ukuran fisik dan kecantikannya, akan tetapi dengan ketakwaannya.
Sandra juga menjelaskan bahwa banyak aktivitas yang bisa dijalankan oleh para remaja Muslimah ini untuk eksis dan berprestasi, namun tetap sejalan dengan syari’at Islam. Banyak Muslimah di masa Rasulullah juga pada masa Kekhilafahan yang bisa dijadikan teladan. Mereka adalah para Muslimah yang telah terbukti bahwa eksistensi juga prestasinya memberikan pengaruh nyata bagi seluruh umat. Jadi, tetap eksis tapi syar’i, why not? []