HTI Press, Semarang. Bahaya utama yang mengancam Indonesia adalah neoimperialisme dan neoliberalisme yang dilakukan oleh Amerika, demikian ungkapan Ketua DPD I HTI Jateng Abdullah dalam acara Diskusi Publik bertemakan ”Isu ISIS Kedok Intervensi Amerika”. Acara yang digelar pada hari Ahad (12/4) ini diadakan oleh DPD II HTI Semarang, dan bertempat di areal Car Free day (CFD) di Simpang Lima, kota Semarang.
Askhabul Kahfi, seorang Pengamat Politik, yang saat itu menjadi salah satu pembicara menyampaikan bahwa banyak hal aneh di seputar isu ISIS ini. Di antaranya adalah info yang menyebut ISIS ini adalah bentukan Amerika, Allhu’alam kebenarannya.
“Blow up isu ISIS oleh AS bisa dipahami sebagai jalan AS untuk melakukan intervensi pada dunia muslim termasuk Indonesia.” Ungkapnya.
Ia melanjutkan, ada banyak bukti yang menunjukkan bukti intervensi AS di Indonesia. Di antaranya adalah berulang kali terjadi manuver pasukan AS di wilayah udara dan perairan Indonesia, lalu ada pembangunan kompleks gedung kedutaan besar Amerika di Jakarta 10 lantai yang kelak bakal menampung 16.000 staf.
“Untuk apa gedung sebesar itu kalau bukan untuk meningkatkan kontrol terhadap Indonesia?” Jelasnya lagi.
Bukti yang paling nyata adalah intervensi AS agar pemerintah Indonesia ‘melindungi’ PT Freeport melalui perpanjangan kontrak hingga 2041, tekanan kepada parlemen untuk merevisi UU Minerba, dan bukti lain yang menunjukkan bakal digelarnya perayaan besar-besaran HUT kemerdekaan AS di Makassar.
Ketua DPD I HTI Jateng Abdullah juga menyampaikan bahwa sikap HTI sejak tiga hari berdirinya ISIS sudah jelas, yakni menolak ISIS karena tidak sesuai secara syar’i. Abdullah mengingatkan umat islam harus hati hati dalam menyikapi isu ISIS ini, sebab isu ISIS telah ditunggangi dengan berbagai kepentingan imperialis Amerika. Dengan menciptakan monsterisasi Syariah islam, seolah olah orang yang taat beragam adalah ISIS. Jihad, Khilafah, potong tangan adalah paham ISIS, Padahal, sebelum ada ISIS, Islam telah mengajarkan jihad, Khilafah menjaga kehormatan, harta, dan nyawa dengan seperangkat hukum-hukumnya.
“Tentu ini sangat berbahaya kalau dibiarkan terus. Bisa-bisa nabi Muhammad dianggap berpaham ISIS karena mengajarkan jihad dan Khilafah, akhirnya kartun penghinaan terhadap Nabi bisa muncul di Indonesia.” Papar Abdullah.
Abdullah juga mengingatkan umat islam jangan sampai mudah diadu domba dengan isu ISIS, lalu saling mencurigai sesama muslim sehingga umat Islam Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu Abdullah mengajak kaum muslim untuk mengaji islam lebih dalam sehingga mampu membedakan mana ajaran islam dan mana yang bukan ajaran islam.
Seorang yang juga merupakan pengunjung CFD juga membenarkan hal tersebut. Wanita berkerudung tersebut berkomentar bahwa setelah ada isu ISIS ini, orang yang tidak tahu apa apa bisa dihubungkan dengan ISIS ini hanya karena memakai kerudung, yang tentu membuatnya tidak nyaman dengan pandangan itu.
Acara ini mendapati apresiasi luar biasa dari masyarakat dengan banyaknya komentar dan tanggapan dari berbagai kalangan anak muda, muslimah, bapak -bapak bersepeda, dan bahkan ada juga mahasiswa asal Malaysia yang ikut acara diskusi tersebut. Insya Allah, acara Diskusi Publik, Pawai Liwa Roya, dan NGOPI (Ngobrol Perkara Islam) ini akan terus digelar tiap Minggu pagi hingga diselenggarakannya perhelatan Rapat dan Pawai Akbar tanggal 10 Mei 2015. [MI Semarang/Akmal]