Syariat Islam Menjamin Kemuliaan Perempuan
HTI Press. Samarinda. Muslimah HTI Chapter Kampus Samarinda mengadakan acara Talkshow muslimah yang mengangkat tema “Syariat Islam Menjamin Kemuliaan Perempuan” (11/04/2015). Acara yang berlangsung di Aula Serbaguna Universitas Widyagama ini dihadiri sekitar 100 peserta dari kalangan mahasiswa, pelajar dan akademisi.
Hadir sebagai keynote speaker Yeni Yahdiani, S.Sos, M.Hum (Mantan anggota DPRD Samarinda periode 2004-2009). Yeni menyampaikan bahwa perjuangan untuk mengangkat kemuliaan perempuan terus dilakukan oleh berbagai kalangan. Dan muslimah HTI sebagai bagian dari umat telah mengambil peran yang dari awal perjuangannya berlandaskan Islam, dengan tegas Yeni menyatakan dukungannya dan akan terus berupaya memberikan kontribusi dalam perjuangan tersebut.
Acara talkshow ini semakin hidup dengan hadirnya para pembicara, yakni Unis Sagena, M.Si, Ph.d (Dosen Fakultas Isipol Universitas Mulawarman), Muriani Emelda Isharyani, ST.MT (Dosen Fakultas Teknik Industri Universitas Mulawarman), dan Zahidah Ummu Ja’far (Anggota DPD I MHTI Kal-Tim).
Dalam pemaparannya Unis Sagena menyampaikan realita kemiskinan, yang saat ini menimpa efeknya paling besar dirasakan oleh perempuan. Perempuan selalu mejadi korban dari sebuah kondisi yang tidak enak. Dicontohkannya dalam kondisi perang misalnya maka wanitalah yang paling merasakan efeknya. Sementra dunia internasional saat ini cenderung mengarah pada sebuah kompetisi yang berujung pada perang. Saat ini dunia menganut paradigma realisme dengan instrument militeristik. Sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil pun sangat ditentukan oleh rational choice dengan melihat pada pendekatan materialisme. Menurut Unis, iniliah biang kerok keterpurukan yang terjadi. Sementara disisi lain para perempuan terus didorong untuk terjun ke publik atau ke dunia politik ala kapitalis melalui ide feminis dan kesetaraan gendernya padahal disitu bukanlah tempat yang bisa memuliakan wanita. “Islam datang sebagai agama yang hak dan kemuliaan hanya bisa didapatkan dalam Islam”, tegasnya.
Sementara Muriani Emelda dalam pemaparannya menyampaikan bagaimana negeri ini telah dikuasai oleh penguasa Neolib yang menerapkan sistem ekonomi dengan menyerahkan pada mekanisme pasar global sehinga menyebabkan negeri ini semakin kuat dalam cengkrman Neoliberalisme dan Neoimperialisme. Sistem ekonomi negara telah dikendalikan oleh para kapital besar yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan yang banyak. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan hidup semakin mahal dan para perempuan terpaksa harus keluar rumah meninggalkan keluarga demi untuk sekedar menenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat terburuknya anak-anak jadi kurang perhatian dan kasih sayang dari ibu mereka. Dan lahirlah generasi labil yang suka tawuran, seks bebas, dan pecandu narkoba.
“Penyebab kemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah kemiskinaan yang sifatnya individu ataupun kultur tapi lebih disebabkan karena kemiskinan secara sistemik”, tegas Zahida membuka pemaparannya. Dalam sistem kapitalis saat ini kemiskinan dan kemuliaan diukur dengan melihat apakah seorang perempuan punya karier, memiliki profesi tertentu dan bisa memenuhi segala kebutuhannya. Padahal ukuran kemiskinan dan kemuliaan dalam Islam adalah dikatakan tidak miskin ketika semua kebutuhannya terpenuhi dan dikatakan mulia ketika seorang wanita bisa menjalankan semua kewajiban yang Allah bebankan kepadanya, kewajiban sebagai hamba Allah yang beriman, sebagai anak, sebagai ibu, sebagai istri dan sebagai muslimah yang harus mendakwahkan Islam. Karenanya, lanjut Zahida, untuk keluar dari imperialisme ini tidak ada cara lain kecuali kembali kepada Islam dan menerapkan Islam baik dalam hukum yang berkaitan dengan individu secara pribadi ataupun dalam sebuah sistem negara karena Islam adalah sebuah ideologi. Dan ketika ideologi Islam diemban oleh negara atau Khilafah Islamiyah secara kaffah maka itulah yang akan menjamin kemuliaan perempuan.
Di akhir Zahida menyeru para peserta untuk ikut bersama-sama memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah. Semoga dengan adanya acara ini semakin menumbuhkan kesadaran para muslimah khususnya para mahasiswa sebagai agent of change untuk optimal memberikan kontribusinya dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah yang akan menjamin kemuliaan perempuan. []