Peduli Angka Perceraian Tinggi di Gunung Kidul, MHTI Adakan Pengajian Keluarga Sakinah

IMG-20150413-WA0036HTI Press. Gunung Kidul. MHTI DPD I DIY mengadakan Pengajian Keluarga Sakinah di Gunung Kidul, tepatnya di Mesjid Agung Kabupaten Gunung Kidul (Ahad, 12/04/2015). Hadir 300 ibu-ibu dan remaja muslimah dari masyarakat sekitar dan juga perwakilan instansi-instansi Pemkab, PKK, dan berbagai majelis taklim dari Gunung Kidul. Bupati Gunung Kidul, Ibu Badingah yang berhalangan hadir di Pengajian yang bertemakan “Perempuan Mulia dan Bermartabat dengan Islam” ini, mewakilkan key-note speech-nya kepada Ibu Adriana,S.Sos, MA dan Ibu Kunti.

Dalam sambutan Bupati Gunungkidul yang di bacakan oleh Ibu Adriana, S,Sos dari Bagian Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Gunung Kidul, menyatakan, “Terimakasih sedalam-dalamnya atas kedekatan MHTI bersama warga dan pejabat Gunung Kidul,dalam memperhatikan salah satunya berkaitan kesejahteraan keluarga dan perhatian pada kaum ibu. Jajaran struktur dan warga Gunung Kidul menyambut baik atas terselenggaranya Pengajian Keluarga Sakinah ini. Mengingat Gunung Kidul tercatat sebagai kabupaten dengan peringkat tertinggi no 2 angka perceraian di DIY. Dengan terselenggaranya Pengajian Keluarga Sakinah ini akan sangat membantu dalam menekan angka perceraian, atau sedikit membantu mengenai solusi bagi permasalahan kami tersebut. Kamipun bangga telah menjadi bagian yang mendapatkan perhatian oleh Muslimah HTI sehingga acara seperti ini terselenggara di daerah kami.”

IMG_20150412_092156

Lies Arifah, M.Pd. sebagai pemateri, menyorot tajam fakta pergaulan bebas muda mudi dan kalangan dewasa bahkan lanjut usia, yang terjadi di seluruh pelosok negeri. Kerusakan ini bukan hanya di daerah perkotaan, namun sekarang sudah marak merambah pedesaan. Pelaku seks bebas atau mereka yang menikah karena terjadi kehamilan terlebih dahulu, biasanya akan merembet kepada perilaku aborsi dan berakhir dengan perceraian. Perceraian akan semakin menambah derita kaum ibu. Dalam sistem rusak seperti saat ini, ibu akan tertuntut untuk berperan ganda menjadi pengatur rumah tangga dan pencari nafkah. Akibatnya para ibu dilanda stress tingkat tinggi, dan keluarga pun menjadi korbannya. Ibu menjadi minim memberi perhatian terhadap generasi, sehingga akhirnya rawan melakukan free sex, tawuran dan sebagainya.

Islam itu menjadikan ibu sebagai guru utama dan pertama bagi generasi. Sehingga akan tercipta keluarga yang sakinah, mawwadah wa rohmah. Bekerja bagi wanita dalam islam bukanlah karena tekanan dan tuntutan. Karena kewajiban menafkahi atau wajibnya kerja adalah untuk kaum laki-laki atau para suami,” demikian  Lies menambahkan.

Dalam cengkeraman sistem neoliberal seperti saat ini menjadikan semua orang menjadi korban. Lies mengajak peserta untuk makin taat kepada syariat dan meminta dukungan untuk acara-acara MHTI berikutnya yang disambut antusias oleh peserta. []

One comment

  1. wahyu nuryani

    Alhamdulillah,semoga gerak dakwah digunung kidul lebih hidup lagi,mengingat kerusakan akibat neoliberalisme dan neoimperalisme digunungkidul terlihat nyata seperti didaerah2 lainnya.Selamatkan ummat dengan Syariah Islam dan Khilafah.Mari berjuang bersama Hizbuttahrir Tegakkan Syariah dalam Naungan Khilafah ‘ala Minhajinnubuwwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*