Arab Saudi (21/04), mengumumkan berakhirnya serangan udara di Yaman dengan nama operasi Ashifatul Hazm (Decisive Storm) yang sudah dilakukan selama sebulan. Arab Saudi memulai operasi baru dengan nama I’ādatul Amal (Restoring Hope). Operasi ini meliputi politik, diplomatik, dan aksi militer. Akan tetapi, fokusnya lebih pada proses politik.
Amerika menyambut baik pengumuman ini, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Alistair Baskey mengatakan, “Amerika Serikat menyambut baik pengumuman Arab Saudi dan mitranya dalam koalisi, yang hari ini mengakhiri operasi Ashifatul Hazm (Decisive Storm) di Yaman.”
Dia melanjutkan, “Kami akan terus mendukung proses politik dengan memfasilitasi PBB dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.”
Beberapan jam sebelum pengumuman ini, kantor berita Iran “Tasnim” mengutip dari asisten Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir Abdul Lahyan yang mengatakan, “Penghentian perang di Yaman dalam beberapa jam lagi adalah upaya yang dilakukan untuk tujuan ini. Kami optimis bahwa beberapa jam mendatang, semua pihak Yaman akan duduk di meja perundingan untuk memperkuat proses politik di negeri ini.”
Hal ini menunjukkan adanya koordinasi antara Arab Saudi dan Iran, yang Amerika berada belakangnya.
Perlu diketahui bahwa operasi Ashifatul Hazm (Decisive Storm) yang dipimpin oleh Arab Saudi adalah rencana Amerika untuk mendorong semua hal menuju proses politik. Sebab, apa yang dilakukan Houthi dengan mengambil alih Sana’a pada 29 September tahun lalu juga merupakan rencana Amerika.
Mereka memaksa Presiden Yaman Mansour Hadi untuk menyetujui perjanjian perdamaian dan kemitraan yang disampaikan melalui antek Amerika, Jamal bin Omar, yang statusnya sebagai utusan PBB untuk Yaman. Namun, karena Presiden Yaman menunda-nunda pelaksanaan perjanjian, mereka pun menjadikan presiden sebagai tahanan rumah dan memaksanya untuk mengundurkan diri. Kemudian mereka merebut istana presiden dan mengumumkan bahwa mereka akan membentuk sebuah Dewan Presiden, yang ternyata tidak bisa mereka lakukan. Mereka mulai berkeliaran di negeri itu tanpa mampau mengaturnya. Akhirnya masyarakat pun mulai menolak mereka dan melawannya. Ketika Hadi berhasil keluar dari Sana’a menuju Aden, ia mengumumkan penarikan atas pengunduran dirinya, dan mengatakan akan melawan Houthi, serta meminta intervensi internasional. Sementara itu, Inggris berusaha membantu Hadi yang menjadi loyalisnya.
Dengan demikian, operasi Ashifatul Hazm (Decisive Storm) adalah rencana Amerika untuk menyelamatkan Houthi dari keterlibatan mereka, dan untuk menunjukkan bahwa mereka tertindas, serta menunjukkan bahwa mereka bukan alatnya melalui Iran.
Sekarang, Amerika memerintahkan Arab Saudi untuk menghentikannya, dan menyatakan sambutannya, serta dukungannya untuk proses politik, yang berarti bahwa Houthi akan terlibat dalam pemerintahan. Sehingga, dalam hal ini, Amerika punya bagian yang sama dengan Inggris, atau lebih melalui Houthi dan para antek Amerika lainnya yang terlibat dalam pemerintahan.
Begitulah, sebenarnya korban dari kedua belah pihak adalah kaum Muslim, yang satu sama lain saling membunuh di tengah-tengah konflik negara-negara imperialis di Yaman dengan boneka-boneka regionalnya, Arab Saudi, Iran, dan yang lainnya. (kantor berita HT, 28/4/2015)