Australia Kecewa, Umat Islam Lebih Sakit

tony abbottPemerintah Australia melalui Perdana Menterinya menunjukkan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia sesaat pasca eksekusi mati dua warganegaranya, Rabu Malam dini hari (29/04/15) di lapas Nusakambangan. Menurut Tony Abbott, tindakan eksekusi ini menciderai hubungan diplopasi Australia-Indonesia. Sebagai bentuk protes, sontak Perdana Menteri Australia menarik Dubesnya di Indonesia. Protes lain juga ditunjukkan oleh pemerintah Prancis dan Brasil yang warganegaranya menjadi salah satu dari sembilan gembong narkoba yang dieksekusi mati pemerintah Indonesia.

Pertanyaannya adalah, apakah situasi ini secara politik sangat serius disikapi oleh negara-negara tersebut khususnya Australia? Dan apakah Australia benar-benar akan “cerai” dengan Indonesia dalam hubungan diplomatik kedua negara? Yang jelas itu hanyalah akting yang tak lebih dari sekedar gertak sambal saja. Kita sangat kenal bagaimana watak pemerintah Australia, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sekutu AS dalam percaturan politik internasional. Nota protes perdana menteri Australia itu kita baca dalam ranah yang wajar-wajar saja sebagai bentuk simpati untuk warga negaranya, demi meredam kekecewaan beberapa warga negara kanguru tersebut. Namanya juga gertak sambal, lihat saja dalam kurun waktu yang tidak lama dubes Australia untuk Indonesia akan segera balik lagi. Kenapa bisa demikian? Ya, karena Australia tidak bisa memisahkan kepentingan besarnya di Indonesia. Oleh sebab itu, situasi duka ini tidak akan memutuskan hubungan bilateral kedua belah pihak. Mengingat Australia punya kepentingan politik dan Ideologi yang sangat besar di Indonesia. Indonesia dipandang oleh negara kapitalis sebagai makanan lezat yang sangat sayang untuk dibiarkan tanpa dinikmati.

Diluar persoalan itu, kalau bicara sakitnya hati dan kekecewaan, sebenarnya kaum Muslim di Indonesia khususnya, dan di seluruh dunia, yang paling sakit dan kecewa. Bagaimana tidak, Australia ikut bagian dalam merekayasa terbentuknya Densus 88 di Indonesia yang telah banyak memporak-porandakan rasa keadilan umat Islam, khususnya para aktivis Islam melalui tindakan ‘koboy’nya mengatasnamakan pemberantasan terorisme yang ngawur. Bahkan Australia rajin terlibat dalam aksi-aksi terorisme negara berasama sekutunya AS di banyak negeri Islam. Akibatnya, negeri-negeri Islam dibuat hancur berantakan, dimana korbannya bukan hanya jiwa, tapi kehormatan dan sumber daya alamnya. Apakah mereka tidak merasakan sakitnya kaum Muslim? Pelecehan demi pelecehan mereka lakukan kepada kaum Muslim. Selama ini, kejahatan yang mereka sangat menyayat Aqidah dan perasaan umat Islam di seluruh dunia. Jika mereka sakit hati dan kecewa dengan dua warganya yang dieksekusi mati, padahal keduanya adalah penjahat narkoba yang memang pantas menerima ganjaran itu, maka seharusnya mereka sadar bahwa umat Islam lebih sakit hatinya dan kecewa dengan aksi-aksi terorisme negara yang mereka dengan membantai banyak sekali kaum Muslim yang tidak bersalah.

Sejauh ini umat Islam belum mendapatkan tempat untuk menikmati keadilan. Umat Islam yang manyoritas ini hidup gelandangan tidak memiliki tempat bernaung, dan perisai untuk berlindung. Sebab sudah puluhan tahun, umat Islam hidup tanpa kepemimpinan Khilafah Rasyidah yang mempersatukan mereka. Umat Islam saat ini, seperti para penumpang yang memenuhi rangkaian gerbong kereta api yang tanpa lokomotif, sehingga mustahil mencapai tujuannya. Akibatnya, umat Islam sering sakit hati dan kecewa dengan perlakuan keji dan biadab dari negara-negara agresor kapitalisme.

Umat Islam harusnya tidak boleh diam, sudah terlalu banyak disakiti. Sebab, umat Islam dengan akidah Islam dan ideologi globalnya adalah pewaris bumi yang layak menjadi pemimpin dunia, yang akan menghentikan dan mengakhiri aksi-aksi jahat dan keji negara-negara kafir Kapitalis. Namun semua itu mustahil terwujudkan tanpa Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah. Untuk itu, sadarlah wahai umat Islam bahwa kalian akan selalui dihantu kekecewaan dan sakit hati jika masih berada dalam sistem sekarang. Dan hanya ada satu cara untu bisa mengakhiri semuanya, yaitu berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk mengembalikan mercusuar peradaban Islam dengan menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah. [Indra Fakhruddin – LKU HTI Probolinggo]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*