Dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan khilafah inilah neoliberalisme bisa dihentikan.
Jagad pendidikan Indonesia tersengat. Bagaimana tidak, pasca Ujian Nasional SMA beberapa waktu lalu, puluhan remaja langsung menggelar pesta seks. Padahal, lokasi sekolah mereka tergolong di bukan di kota besar alias ndeso.
Bisa dibayangkan, kalau jauh dari kota besar saja perilaku remaja seperti itu, bagaimana kehidupan remaja di kota besar. Pertanyaan itu pun terjawab dengan adanya undangan pesta bikini di Jakarta untuk merayakan ujian nasional mereka di sebuah hotel mewah. Dan ternyata ini berlangsung tiap tahun.
Bagi para orang tua yang pernah melalui masa remaja di era tahun 70-an sampai 80-an mungkin akan geleng kepala dibuatnya. Sudah sedemikian parahkah kehidupan remaja pada masa kini?
Yah, remaja tak hanya dididik di sekolah. Mereka pun dididik oleh media elektronik dan sekarang dengan gadget yang bisa mengakses apapun di dunia maya. Segalanya ada, termasuk yang bisa menjerumuskan dan merusak mereka.
Setelah era reformasi, berbagai tayangan tak lagi ada kendali. Semua sudah liberal. Aksi ciuman, buka-bukaan baju, pacaran, dan sejenisnya tiap hari bisa dijumpai di televisi. Tayangan ini ditonton oleh puluhan juta pasang mata. Bagaimana mereka tak meniru tayangan itu?
Sementara di sekolah, remaja dididik agama secara sekuler. Tak takut lagi dengan penciptanya. Wajar bila kemudian mereka menghalalkan segala cara dalam hidup mereka. Seks bebas, narkoba, prostitusi dan sebagainya.
Saking liberalnya, Indonesia tercatat sebagai pengakses situs porno terbesar ketiga di dunia. Ini bukan sebuah kebanggaan, tapi kecelakaan. Memalukan.
Dan yang baru terungkap, prostitusi via media sosial ternyata sangat marak. Para pelacur gentayangan mencari mangsa dan berpraktek di mana saja. Gaya hidup materialistis dan hedonis telah menjadikan para wanita rela melacur demi uang semata.
Anehnya, negara tak begitu memedulikan atas kondisi ini. Yang berteriak justru civil society. Bahkan wakil rakyat pun seolah tak pernah melihat kerusakan akibat liberalisme ini. Tahu atau pura-pura tak tahu?
Bagaimana sebuah negeri akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT jika setiap hari tanah negeri ini dibuat berzina oleh warganya?
Liberalisasi Ekonomi
Tak hanya liberalisasi budaya, liberalisasi ekonomi kian terasa. Belum lama harga bensin premium dinaikkan sesuai harga pasar, kini Pertamina berencana menghapus bensin yang paling banyak dikonsumsi masyarakat ini. Pertamina akan memproduksi bensin Ron 90 yang diklaim lebih baik dari premium. Tentu harganya lebih mahal. Mendekati harga Pertamax. Walhasil, nanti selisih harga dengan bensin Pertamax dan bensin produk asing (Total, Shell, dll) sangat tipis. Maka, rakyat negeri ini akan beralih ke SPBU asing yang menjanjikan produk yang lebih baik dengan harga hampir sama. Siapa yang untung?
Rezim ini memang luar biasa. Kenapa? Karena Bank Dunia sebenarnya meminta pelepasan harga migas ke harga internasional—pencabutan subsidi—itu terakhir pada 2019. Eh, dalam waktu beberapa bulan saja harga premium subsidinya sudah dicabut.
Hebatnya lagi, BUMN lagi-lagi mau dijual lewat right issue (penjualan saham). Sama seperti saat pemerintahan Megawati dulu, yang mau dijual sahamnya adalah perusahaan yang lagi bagus. Ada Aneka Tambang, Adhi Karya, dan Waskita Karya. Privatisasi ini menambah deretan panjang penjualan BUMN oleh negara pasca reformasi. Bahkan PLN pun yang notabene menguasai hajat hidup rakyat, mau dipecah dan dijual ke swasta. Bisa dibayangkan betapa mahalnya nanti tarif listrik.
Dan Presiden Jokowi pun telah mengundang swasta asing untuk berinvestasi di sektor-sektor yang seharusnya dikelola oleh negara, mulai dari bandara, pelabuhan, migas, listrik, jalan tol, dan infrastruktur lainnya. Pendeknya, Indonesia diobral!
Ancaman Nyata
Sedikit demi sedikit negara melepaskan tugas dan tanggung jawabnya atas rakyat. Inilah prinsip dasar neoliberalisme. Paham liberalisme gaya baru ini adalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara dalam ekonomi. Dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat.
Pengurangan peran negara dilakukan dengan privatisasi sektor publik, pencabutan subsidi komoditas strategis seperti migas, listrik, pupuk dan lainnya; penghilangan hak-hak istimewa BUMN melalui berbagai ketentuan dan perundang-undangan yang menyetarakan BUMN dengan usaha swasta.
Tak heran jika ada yang mengatakan bahwa neoliberalisme sesungguhnya merupakan upaya pelumpuhan negara, selangkah menuju corporate state (korporatokrasi). Ujungnya, negara dikendalikan oleh persekutuan jahat antara politikus dan pengusaha. Sehingga keputusan-keputusan politik tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tapi untuk kepentingan korporat baik domestik maupun asing. Dan tampaknya itu telah terjadi di negeri ini.
Ancaman neoliberalisme akan semakin besar dengan diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) mulai akhir tahun 2015 ini. MEA, sebagaimana blok pasar bebas lain, merupakan strategi kekuatan kapitalis global untuk meluaskan hegemoninya, khususnya di kawasan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagaimana Indonesia akan bersaing dengan dunia maju dalam kondisi seperti sekarang?
Akhirnya negeri ini jadi pasar dan yang berkuasa adalah para kapitalis global dengan dukungan negara maju. Walhasil, Indonesia akan dikuras segala-galanya. Sektor hulu dicengkeram, sektor hilir akan dimakan pula oleh asing.
Ganti Sistem
Neoliberalisme adalah persoalan sistemik. Pemecahannya pun tak bisa dilakukan secara individual, tapi harus sistemik dan komprehensif. Bagaimana caranya?
Pola penyelesaian lama dengan hanya mengganti rezim terbukti gagal. Maka, cara yang ampuh adalah membuang sistem neoliberalisme tersebut dengan sistem yang baik. Apa? Sistem Islam, karena Islam datang dari Dzat Yang Maha Baik dan Maha Adil.
Dengan sistem Islam yang berarti menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan khilafah inilah neoliberalisme bisa dihentikan. Hanya dengan inilah negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini akan mendapatkan kemuliaan dan kesejahteraan sebagaimana diimpikan. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Save Indonesia with Shariah and Khilafah, Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah. []Mujiyanto
Sumber: Tabloid Mediaumat