Sesungguhnya Khilafah itu datang membawa keadilan, yaitu keadilan yang akan menghidupkan bumi setelah matinya. Sedang kebaikan yang dimilikinya akan menumbuhkan tanaman dan mengalirkan banyak susu segar. Kebaikannya akan mengubah wajah bumi yang sebelumnya gersang, melahirkan para tokoh, mencetak para pemimpin, mengibarkan bendera al-‘uqāb di atas semua anak bukit, dan menggerakkan tentara ke timur sehingga mereka kembali ke pangkuan ibunya, ke Damaskus, Baghdad atau Istanbul, bahkan ke Al-Quds pusat negara Khilafah; juga bergerak ke barat dengan memakai baju besi kemuliaan dan kedaulatan, yang akan membuka pintu Eropa agar Thariq bin Ziyad kedua memasuki pintunya di barat, dan Muhammad al-Fatih kedua akan membuka jalan dari pintunya yang di timur. Sementara Khilafah datang untuk mengurangi wilayahnya, membenarkan janji Allah SWT, dan mewujudkan kabar gembira dari Rasulullah saw. Sehingga akan tampak konstelasi besar, dan akan mengulangi sejarah yang pernah dicapai sebelumnya ketika Kaisar Romawi Heraclius menerima surat dari Muhammad saw, yang berisi seruan kepadanya supaya masuk Islam. Setelah membaca suarat tersebut, ia pun mengakui kekalahannya, dengan mengatakan: “Demi Allah, ia benar-benar yang memiliki apa yang ada di bawah kedua kakiku ini.” Dan ia pun pergi, sambil terus mengulang perkataan “Salam sejahtera untukmu, wahai Suriah. Keselamatan yang tiada pertemuan lagi setelahnya.”
“Dan mereka berkata: “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu (kemenangan) itu dekat.” (TQS. Al-Isrā’ [17] : 51).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 7/5/2015.