Ratusan orang Rohingya terdampar di Aceh , Siapa yang Melindungi Mereka?

pengungsi rohingya5Nasib muslim Rohingya terus ditimpa penderitaan. Sebanyak empat kapal yang mengangkat 500 orang Rohingya terdampar di perairan Aceh Utara pada Ahad (10/5). Seperti yang dilaporkan BBC online (10/5), keempat kapal yang sejatinya menuju Malaysia itu terdampar di pantai Aceh Utara, Minggu (10/05) dini hari WIB. Sejauh ini, para penumpang yang berasal dari Bangladesh dan Myanmar itu tidak ada yang dilaporkan meninggal atau cedera.

Kabidhumas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin, mengatakan mereka tengah didata oleh pihak imigrasi dan kepolisian di Polres Aceh Utara.“Namun, karena jumlah mereka banyak, mereka dievakuasi ke Gedung Olah Raga Lhoksukon di Aceh Utara,” ujar Kabidhumas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin, kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Menurut Darsa, komandan regu pencarian dan penyelamatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Utara, empat kapal yang mengangkut ratusan orang Rohingya itu menyuruh mereka untuk menceburkan diri ke laut dan berenang hingga ke tepian pantai.

“Awak kapal memberitahu bahwa mereka telah mencapai perairan Malaysia sehingga mereka harus berenang ke pantai. Jarak dari titik mereka disuruh terjun ke laut hingga ke pantai mencapai sekitar 1.800 meter,” kata Darsa, yang memperoleh pengakuan dari seorang warga Rohingya yang bisa berbahasa Melayu.

Berdasarkan pemantauan lembaga Arakan Project, yang khusus memonitor pergerakan kaum Rohingya selama lebih dari sedekade, ada sekitar 7.000 hingga 8.000 orang Rohingya yang berada di kapal-kapal di Selat Malaka.Mereka menunggu saat yang tepat untuk merapat ke Malaysia atau Indonesia guna mencari penghidupan yang lebih layak.

Organisasi Migrasi Internasional, IOM, mengatakan ribuan pengungsi dari Bangladesh dan Myanmar terdampar di laut lepas pantai Thailand. Juru bicara IOM mengatakan operasi penggrebekan baru-baru ini di Thailand atas pendatang suku Rohingya membuat banyak penyelundup manusia yang tidak ingin mendaratkan mereka.Oleh karena itu sekitar 8.000 pengungsi dibiarkan menjadi terapung-apung di laut.

Polisi Malaysia mengatakan lebih dari 1.000 pengungsi mendarat di Pulau Langkawi, Senin (11/05). Hingga akhir November 2014, terdapat 40.070 pengungsi Rohingya yang terdaftar di UNHCR di Malaysia. Adapun di Indonesia terdapat 739 pengungsi Rohingya dari Myanmar hingga akhir Februari 2015.

Kuburan Massal

Sebelumnya di Thailand ditemukan kuburan massal yang diduga imigran gelap dari Bangladesh dan Rohingya. Lokasi kedua yang diduga sebagai kamp perdagangan manusia telah ditemukan di wilayah lain di Thailand selatan pada Senin, 4 Mei 2015.

Penemuan tersebut menyusul ditemukannya kuburan masal dari 26 jenazah yang diduga korban perdagangan manusia pada akhir pekan lalu. Semua mayat itu diyakini imigran gelap dari Myanmar dan Bangladesh. Mereka ditemukan di sebuah kamp yang diduga sebagai tempat persembunyian pelaku perdagangan manusia di hutan Provinsi Songkhla, Thailand selatan, dekat perbatasan Malaysia.

Banyak imigran ilegal di Thailand adalah warga muslim Rohingya dari Myanmar barat dan dari Bangladesh. Mereka nekat keluar dari negaranya dan melakukan perjalanan berbahaya melalui laut demi menghindari penganiayaan agama dan etnis di negeri asal.

Selain ditemukan kuburan dijumpai pula kamp penampungan. Semua lokasi berada di gunung yang sama. Saat ditemukan, penampungan itu terdapat 8 penampungan bambu, 3 tenda tidur, dan 2 dapur darurat. Pihak berwenang juga menemukan tiga orang di dekat kamp yang tampak seperti kekurangan gizi dan kelelahan. Kamp tersebut tampak seperti baru saja ditinggalkan.

Fika Komara Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir dalam tanggapannya menyatakan insiden ini seharusnya menjadi peringatan bagi umat Islam dan para penguasa muslim, tentang muslim Rohingya yang masih menderita. Penguasa Muslim dari negara yang terdekat seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, cendrung tidak peduli terhadap nasib muslim Rohingya. Terbukti dalam pertemuan-pertemua resmi Asia Tenggara (ASEAN), nasib muslim Rohingya tidak secara serius dibahas.

Fika juga mengingatkan penderitaan tak henti muslim Rohingya menunjukkan kegagalan tata dunia liberal-Kapitalistik dalam menuntaskan masalah ini. “ Tata dunia hari ini yang memuja demokrasi dan sistem negarabangsa terbukti telah mengaborsi rasa kemanusiaan para penguasa Muslim untuk menolong kaum lemah dan berhasil membutakan mata mereka akan salah satu tirani kemanusiaan terbesar abad ini, “ ujarnya.

Sistem dunia yang penuh standar ganda ini, tambahnya, hanya menyisakan upaya-upaya kerjasama regional yang lemah seperti ASEAN dan dialog basa-basi yang sama sekali mandul dalam menuntaskan tragedi Muslim Rohingya. Para penguasa muslim Bangladesh, Malaysia dan Indonesia telah mendehumanisasi ratusan ribu Muslim Rohingya.

“ Oleh penguasa muslim Rohingya hanya dianggap mereka hanya sebagai pengungsi yang membebani, membiarkan mereka hidup terkatung-katung dan diperdagangkan oleh sindikat perdagangan manusia, hal ini tidaklah mengerankan karena para penguasa ini sejatinya adalah penguasa boneka hasil produksi Kapitalisme sekuler,” tegasnya. (AF dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*