Perempuan dan Indonesia dalam Ancaman Neoliberalisme dan Neoimperialisme
HTI Press. Serang. Muslimah Hizbut Tahrir DPD I Banten kembali menyelenggarakan Tabligh Akbar yang bertempat di Sport Hall Graha Pena Radar Banten (29/04/2015). Acara yang dihadiri kurang lebih 4000 Muslimah yang berasal dari berbagai daerah di Banten bagian Barat, yaitu Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Acara ini, merupakan salah satu rangkaian acara menuju agenda besar Hizbut Tahrir Indonesia, Rapat dan Pawai Akbar yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2015. Tabligh Akbar diawali oleh sambutan yang disampaikan oleh Ketua DPD I MHTI Banten, Ustadzah Fathia E. Wiryadinata SP yang menyampaikan latar belakang dari diselenggarakannya acara Tabligh Akbar dan mengajak kepada kaum muslim seluruhnya untuk bersama-sama memperjuangkan kembali tegaknya syariat islam, dalam Negara Khilafah sebagai satu-satunya sistem pemerintahan yang akan memuliakan dan memposisikan kaum perempuan sesuai dengan fitrahnya.
Menghadirkan dua pemateri, Hj. Ir. Ishmah Cholil M,Ag (DPP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) dan Hj. Irena Handono. Dalam pemaparannya, Hj. Ir. Ishmah Cholil M,Ag mengangkat tema “Perempuan dan Indonesia dalam Ancaman Neo-Liberalisme dan Neo-Imperialisme, Selamatkan Dengan Khilafah” . Beragam permasalahan yang terjadi di negeri kita ini merupakan akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme yang merusak yang menjadikan negeri kita berada dalam ancaman Neoliberalisme dan Neoimperialisme.
Paham Neoliberalisme telah menghilangkan peran Negara dalam mengatur perekonomian, sebab dalam paham ini meyakini bahwa pasar memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri. Hal ini menyebabkan berbagai sektor yang ada di negeri ini serta semua kekayaan alam di negeri ini pun akhirnya bebas dikuasai oleh pihak asing, sedangkan posisi rakyat di tengah kebijakan-kebijakan yang pro terhadap asing menjadi semakin terabaikan. Negara sama sekali tidak peduli dengan kondisi rakyat, kenaikan harga BBM dan listrik menjadi salah satu contoh keberpihakan Negara kepada asing dibandingkan melindungi dan mensejahterakan rakyatnya.
Hal ini akhirnya melahirkan banyak permasalahan, contohnya dalam keluarga. Kaum perempuan akhirnya banyak yang kehilangan perannya sebagai ibu dan mendidik anak-anaknya, kemudian memilih dan beralih untuk bekerja demi memenuhi dan membantu perekonomian keluarga. Tentulah hal ini tidak menempatkan posisi kaum perempuan pada tempatnya, yakni sebagai ibu yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya. Untuk itu, satu-satunya jawaban sebagai solusi dari beragam permasalahan yang menimpa negeri ini hanyalah satu yakni dengan kembalinya kita kepada aturan Islam dengan menegakkan kembali institusi pemerintahan Islam, yakni Khilafah. Karena hanya dengan sistem Islam, kedudukan kaum perempuan benar-benar akan dimuliakan.
Sementara, Hj. Irena Handono mengangkat tema “Kejayaan Peradaban Islam dalam Naungan Khilafah Islamiyah” memaparkan bagaimana kayanya Negeri Indonesia ini yang memiliki sumber daya alam berlimpah hampir di berbagai sisi, seperti minyak, hutan, laut yang seharusnya merupakan kekayaan alam yang menjadi milik rakyat di Negeri ini, jika Negara meriayah (mengurus) dengan baik dalam pengelolaannya. Bukan akhirnya membiarkan kekayaan-kekayaan yang dimiliki ini dikuasai asing sehingga akhirnya pun hanya dinikmati oleh Negara-negara asing, sedang rakyatnya justru hanya mendapatkan sekian persen dari kekayaan tersebut dan harus menerima berbagai kebijakan-kebijakan dzalim yang semakin membuat kondisi rakyatnya terhimpit dan tidak menikmati kesejahteraan.
Ibu Irena menegaskan bahwa semua kekayaan alam di negeri ini hanya bisa di riayah (urusi) dengan baik dalam naungan sistem pemerintahan Islam, sebagaimana sejarah Islam telah membuktikan dalam peradaban emasnya mampu mensejahterakan rakyatnya selama 13 abad lamanya. Semua ini seharusnya menjadikan kita untuk semakin menyadari bahwa hanya dibawah institusi pemerintahan Islam sajalah kemuliaan perempuan serta kesejahteraan akan dapat kita rasakan. Irene pun mengajak kepada para peserta yang hadir untuk sama-sama berada dalam satu barisan dan satu tujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam yang dulu pernah dirasakan dan pernah memimpin dua pertiga dunia serta menjadi kiblat peradaban umat mausia dalam naungan Khilafah.
Di akhir acara MC mengajak para peserta yang hadir untuk segera bergabung dan mendaftarkan diri dalam agenda besar yang akan diselenggarakan pada bulan Mei, yaitu Rapat dan Pawai Akbar. []