Parade Kelotok RPA 1436 H di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)
Acara yang tidak kalah menarik adalah pentas teaterikal tentang sejarah historis masuknya Islam di Kalimantan selatan. Bahkan aksi ini terbilang unik, karena satu-satunya di gelaran Rapat dan Pawai Akbar se-dunia, yang berlangsung di atas air, tepatnya di sungai Martapura, lewat parade 30 kelotok (kapal kecil).
Adalah Sunan Giri -salah seorang sunan dari Wali Songo- yang masuk ke kalsel sebagai seorang saudagar yang membawa dagangannya. Namun Sunan Giri tidak hanya terkenal jujur dan amanah dalam bernegosiasi dagang tetapi juga sangat dermawan.
Dialah yang tak segan-segan membagikan dagangannya secara gratis kepada rakyat Banjar yang miskin kala itu. Cara berdagang yang Islami itu kemudian membuat seorang petinggi dari kerajaan daha memeluk Islam.
Darinya, pengucapan dua kalimat syahadat kemudian diikuti seorang raja kala itu yaitu Pangeran Samudera yang kemudian bergelar Pangeran Suriansyah setelah menjadi muslim.
Dari sinilah kemudian Islam meluas dan melahirkan ulama-ulama besar seperti Syekh Arsyad Al-Banjary dan Sultan Adam. Khusus ulama Syekh Arsyad yang kemudian menulis buku tentang syariat Islam yang sangat terkenal yaitu kitab Sabilal Muhtadin.
Semua peristiwa sejarah tersebut, digambarkan lewat beragam motif hiasan kelotok yang melintasi sungai. Ada yang dihiasi layaknya singgasana kerajaan, kemudian diikuti kelotok pembawa bendera liwa’ dan rayah. Tidak ketinggalan, juga ditampilkan atraksi seni beladiri kuntau Banjar, yang banyak digunakan pasukan kesultanan Banjar, saat mengusir penjajahan Belanda.[]MI Kalsel