Pemerintah Yaman telah mendesak PBB untuk mengizinkan pengiriman pasukan darat asing untuk memukul mundur pemberontak Houthi, khususnya di Aden dan Taiz. Surat pemerintah Yaman itu berasal dari perwakilan tetap pemerintah Yaman untuk PBB Khaled Alyemany. Isinya memohon kepada PBB, “Kami mendesak komunitas internasional untuk segera campur tangan dengan mengirimkan pasukan darat untuk menyelamatkan Yaman, terutama Aden dan Taiz”.
Komentar
Setelah mengebom Yaman menjadi berkeping-keping, yang menjadi perhatian saat ini adalah invasi pasukan darat. Pasukan koalisi negara-negara Muslim pimpinan Saudi yang bertindak di bawah arahan Amerika telah gagal total dalam menghentikan pasukan Houthi dan sekutunya. Yang lebih buruk bagi rezim Saudi adalah pertempuran di Yaman, yang menyebar hingga ke kota Najran di perbatasan Saudi dan sebuah desa di provinsi Jizan.
Awalnya, pemboman dengan target Houthi di Yaman dilakukan oleh pasukan koalisi sebagai upaya mengurangai kemajuan yang dicapai oleh pasukan Houthi yang pada akhirnya akan memulihkan pemerintahan Hadi. Namun demikian, kenyataan pahit yang sekarang melanda, adalah bahwa Riyadh menghadapi perkembangan konflik yang yang mengancam seluruh semenanjung Arab. Setelah masalah ini memburuk, Saudi, melalui kaki tangan mereka di Yaman, kini mendorong dilakukannya perang darat melawan sebuah negara yang bersenjata lengkap. Hal ini bisa menjadi tantangan berat.
Pemboman lewat serangan udara dan invasi darat akan mendesak tujuan-tujuan politik. Dalam kasus Yaman, rencana politik yang komprehensif yang membahas akar penyebab masalah Yaman tidak pernah dilakukan. Satu-satunya rencana adalah mengembalikan pemerintahan Hadi—yang sekarang ini terlalu mengada-ada—atau memecah belah Yaman sebagaimana yang dianjurkan oleh sebagian besar pihak. Kedua pilihan itu menjadi permainan kekuasaan bagi kekuatan-kekuatan asing terhadap masa depan Yaman. Hal ini tidak mengacu pada perang kaki tangan yang dianggap terjadi antara Sunni dan Syiah yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Iran. Sebaliknya, baik Arab Saudi maupun Iran hanyalah bidak pada papan catur Timur Tengah, yang para pemainnya adalah Amerika dan Uni Eropa sebagai “penentu” nasib negeri-negeri Islam.
Meskipun terjadi campur tangan berulang-ulang dan mengganggu dari kekuatan Barat dalam urusan negara-negara Muslim, para pemimpin dunia Islam terus menyediakan mereka banyak kesempatan untuk mengkonsolidasikan cengkeraman mereka. Yang terbaru dari kegilaan ini adalah para pemimpin tidak kompeten yang merupakan sikap menyerah kepada Barat adalah permintaan Yaman kepada PBB untuk mendorong diturunkannya pasukan darat. PBB adalah alat kolonial untuk menjaga tatanan politik dan hegemoni Barat. Kita hanya perlu melihat apa yang terjadi pada Irak dan Afghanistan untuk mengetahui dengan jelas kerusakan parah yang telah dilakukan PBB kepada negara-negara tersebut.
Saatnya telah tiba bagi umat Muslim yang tinggal di dunia Islam untuk mengubah keadaan mereka, dengan bekerja memulihkan tatanan politik yang tidak hanya berakar kepada Islam, tetapi juga akan memberikan kemerdekaan kepada penduduk Arab dan kaum Muslim dengan bermartabat. Namun, langkah pertama dalam proses ini adalah kaum Muslim harus bergerak daripada tetap mati rasa secara politik, sementara para pemimpin mereka melaksanakan rencana-rencana Barat.
Berharap adanya perubahan atau memohon terjadinya hal itu, tanpa melakukan apa-apa dan tanpa berkorban untuk Islam tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS. 13:11)
ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh
Abdul Majeed Bhatti
22 Rajab 1436 H
11/05/ 2015