Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyeru militer untuk mengambil peranan penting menyelamatkan negeri dari penjajahan gaya baru (neoimperialisme).
“Wahai para tentara dan prajurit negeri Muslim terbesar ini. Negeri ini tidak akan bebas dari penjajahan selama demokrasi dan neoliberalisme terus diberlakukan!” tegasnya di hadapan lebih dari seratus ribu peserta konsolidasi akbar RPA: Bersama Umat Tegakkan Khilafah, Sabtu (30/5) di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Lepasnya Timor Timur adalah bukti nyatanya. Suburnya gerakan sparatis di Papua dan beberapa wilayah lainnya menjadi fakta terbantahkan. “Hanya dengan khilafah, saudara-saudara bisa menjaga negeri ini dari semua bentuk penjajahan. Maka sambutlah seruan Hizbut Tahrir dengan sebagaimana jawaban al-hawariyyun ditanya oleh Nabi Isa: Man anshârî ilâl-Lâh, mereka menjawab: nahnu anshârul-Lâh...” serunya kemudian disambut takbir peserta.
Kemudian Rokhmat pun menyeru para panglima dan perwira. “Wahai para panglima dan perwira militer, kami yakin saudara-saudara telah melihat sendiri. Kekayaan alam negeri ini telah dan terus dijarah oleh negara-negara kafir penjajah!” ujarnya.
Atas nama investasi, rezim penguasa menyerahkan sektor-sektor strategis, seperti jalan tol, pelabuhan, kereta api, listrik, dan lain-lain kepada investor asing. Rakyat kian menderita, beban utang semakin menggunung, dan korupsi kian merajalela. Biang penyebabnya adalah neoliberalisme dan neoimperialisme. Hanya dengan khilafah semua persoalan itu dapat dituntaskan.
“Oleh karena itu, sekaranglah saatnya saudara-saudara mengambil peran penting untuk menyelamatkan negeri ini dari cengkeraman neoliberalisme dan neoimperialisme…” ajaknya.
Caranya amat mudah. “Ambillah kekuasaan dan satukan tangan kalian dengan tangan Hizbut Tahrir untuk mengumumkan Khilafah Rasyidah ala minhaj al-nubuwwah, sehingga khilafah memerintah dengan Islam, membebaskan negeri ini dan penduduknya, dan mengemban Islam ke seluruh dunia sebagai risalah petunjuk dan cahaya,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo