Oleh: M. Hammam Abdullah (Humas DPD I HTI Lampung)
Hingga saat ini sedikit sekali manusia yang menyadari bahwa hidup yang dimilikinya adalah pemberian Allah SWT. Entah kenapa, jarang sekali kita berpikir secara mendalam mengenai apa sesungguhnya makna dan hakikat kehidupan ini. Terkadang kita berpikir tentang hidup, tapi tak lebih dari sekedar bertahan hidup, bukan berpikir bagaimana caranya agar kita mendapat kebaikan dalam hidup.
Untuk menyempurnakan perjalanan hidup ini. Mari kita sejenak mencermati apa yang dilakukan oleh sufyan bin Abdillah Ats-tsaqafy r.a. melihat sebuah pertanyaan yang pernah beliau sampaikan kepada Rasulullah SAW, tampaknya beliau termasuk orang yang sangat perhatian terhadap hidup dan ingin selalu mendapat kebaikan dalam hidup. Suatu hari sahabat Rasul ini mendatangi Rasulullah SAW dan meminta mutiara nasihat kepada beliau untuk memandu jalan hidupnya. Ia berkata: ”Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu kalimat yang dapat aku jadikan pegangan, sehingga aku tidak perlu bertanya kepada yang lain”. Nabi Muhammad SAW menjawab: “katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah” (HR Muslim)
Sebuah pertanyaan sederhana namun dijawab secara sangat cerdas oleh Rasulullah SAW dimana semua sisi jawaban beliau begitu penting untuk direnungkan. Mengenai jawaban Rasul ini, Imam Nawawi dalam kitab Riyadlus Shalihin menerangkan bahwa Rasulullah SAW seolah ingin mengatakan; “Perbaharuilah imanmu dengan penuh kesadaran, dengan bentuk ucapan yang disertai pengertian dan tanggung jawab atas pengakuan ucapan tersebut.”
Iman dan Istiqomah sebagaimana yang dituturkan Nabi SAW melalui hadits diatas, memang dua hal yang sangat patut disandingkan. Keduanya adalah bagai dua sisi mata uang dimana satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Iman adalah sebuah i’tiqod mentaati dan mencintai Allah sementara istiqomah adalah sikap konsisten dalam menjaga kelanggengan hubungan dengan Allah dalam wujud mentaati-Nya dengan cara beramal shaleh. Mengenai istiqomah. Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa istiqomah adalah terus menerus di suatu arah tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri dalam mentaati perintah Allah.
Karenanya, sikap istiqomah sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri seorang muslim. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya yang mukmin agar menetapi dan mendawamkan sikap istiqomah.
Bagaimana wujud nyata dari sikap istiqomah? Sesungguhnya istiqomah adalah pancaran dari keimanan yang lurus. Konsekuensi iman adalah taat. Maka, keistiqomahan yang paling nyata adalah sikap taat kepada Allah dalam menjalankan Islam secara kaffah sebagai sebuah konsekuensi keimanan. Selanjutnya, sikap istiqomah terlihat pada dua hal: pertama, adanya ketekunan dalam menjaga kelanggengan (kontinuitas) amal shaleh. Kedua, adanya perjuangan yang terus menerus mengupayakan terjadinya pertumbuhan kualitas dan kuantitas amal shaleh secara pasti (signifikan) dalam kehidupan. Ketiga: Tetap konsisten di jalan Allah dengan secara simultan terus melakukan aktivitas dakwah, meski pun hambatan dan rintangan banyak berdatangan dari berbagai arah.
Sebab, dia memahami ayat Allah dalam Surat Fushsilat: 33-35; “ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim). Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
Ayat ini merupakan bekal utama bagi para seorang muslim yang tetap berdakwah di jalan Allah, agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir, senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang. Ia tidak kenal lelah menjalani tugas-tugas dakwahnya. Setiap hukum-hukum Allah dijalankannya dengan lebih penuh suka cita dan istiqomah, tidak mengharapkan keuntungan duniawi di baliknya, kecuali hanyalah ridhaNya. Semoga puasa kali ini menjadi momentum bagi kita untuk mewujudkan individu dan masyarakat yang istiqomah dalam menjalani dan memperjuangkan tegaknya seluruh hukum-hukum Allah, tentunya tidak hanya selama bulan puasa Ramadhan tapi juga berlanjut setelah bulan puasa Ramadhan. Amiin. Wallahua’lam bi showab[]