Perwakilan Tinggi untuk Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mugherini mengatakan: “Islam memiliki tempat yang alami dalam masyarakat Eropa, dan itu dibuktikan dengan pengaruhnya yang jelas pada cara hidup kami. Jadi, Islam adalah Eropa, dan Eropa adalah Islam.”
Federica—seorang politisi Italia—mengatakan hal tersebut pada tanggal 24/06/2015, di sebuah Konferensi yang diselenggarakan di Brussels, tentang “Islam dan Eropa”, di mana ia menegaskan: “Islam telah menjadi salah satu model sekarang dan masa depan Eropa yang paling menonjol. Dan ini adalah fakta yang jelas. Sehingga kami tidak boleh takut untuk mengatakannya di depan umum, para tokoh dan pembesar, meskipun banyak yang tidak ingin mendengarnya.”
*** *** ***
Eropa telah menyadari bahwa memusuhi Islam, mengabaikannya, serta berusaha mendiskreditkannya dan merendahkan pemeluknya sudah tidak lagi berguna bagi mereka. Kaum Muslim telah mendedikasikan diri pada Eropa. Jumlah mereka besar, aktivitas mereka banyak, bahkan partisipasi mereka jelas dan beragam di segala bidang. Kaum Muslim telah melahirkan generasi baru yang lebih kuat agamanya daripada orang tuanya yang datang sebelum lima dekade. Mereka telah mendapatkan kewarganegaraan, menetap di Eropa, menjadi orang Eropa, dan terhitung sebagai rakyat Eropa. Sehingga harus mengakui mereka, dan membuat kebijakan baru untuk mereka yang akan dijalankan oleh Eropa, yaitu menjadikan mereka dan agamanya sebagai bagian dari masyarakat Eropa. Oleh karena itu, wakil Eropa itu menyatakan bahwa “Pengaruh Islam telah menjadi jelas terhadap cara hidup kita.” Artinya, Islam telah berpengaruh dalam kehidupan Eropa. Dengan kata lain, mereka mengakui pengaruh Islam terhadap Eropa dan rakyatnya. Dengan demikian, Islam memiliki pengaruh, meskipun mereka memerangi Islam, sementara Islam tidak memiliki negara yang membelanya, dan yang mengemban Islam pada mereka. Mereka melihat banyak orang asli Eropa yang telah masuk Islam dan mereka sangat taat. Mereka mendakwahkan Islam dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya, bahkan demi Islam, mereka rela mengorbankan harta yang paling berharga yang mereka miliki.
Negara-negara Eropa telah menjalankan politik integrasi semi-paksa untuk membuat kaum Muslim menerima peradaban dan budaya Barat. Sehingga mereka memerangi budaya dan peradaban kaum Muslim, serta mendistorsinya, namun yang mereka lihat justru reaksi sebaliknya, dimana negara-negara tersebut melihat kecenderungan ekstrimisme, kekerasan dan perlawanan, bukan ketundukan. Kebijakan integrasi atau asimilasi mereka tidak berhasil, sehingga mereka sekarang beralih pada pengakuan terhadap Islam dan kaum Muslim, bahwa mereka adalah bagian dari Eropa, yakni mereka mengakui agama kaum Muslim, budaya dan peradabannya, hingga kaum Muslim menerima bahwa Eropa adalah negaranya, dan mereka harus menjaganya, serta bekerja untuk kepentingannya. Negara-negara yang ada adalah negaranya, mereka tidak boleh memberontaknya, artinya mereka harus taat dan berpartisipasi dalam struktur pemerintahannya, lembaga-lebaganya, dan partai-partainya, sehingga ada dari mereka yang menjadi Menteri, Direktur Jenderal, Ketua Partai dan anggota Parlemen. Mereka seperti orang Eropa tidak berbeda dari rakyak lainnya meskipun ia seorang Muslim yang terikat dengan agamanya dalam ibadah dan perilakunya, tetapi ia menerapkan sistem Barat seperti halnya orang Eropa, yakni menerima sekularisme model Erdogan yang mengatakan bahwa negara harus sekuler sedang individu adalah seorang Muslim, dan saya seorang Muslim. Artinya bahwa individu adalah Muslim, seperti Kristen, Yahudi, Hindu dan Buddha yang dalam hal akidah, ibadah dan perilaku pribadi terikat dengan agamanya, tetapi mempertahankan sistem sekuler, terikat, dan berpartisipasi di dalamnya, bahkan menerapkannya, tidak berusaha untuk menghancurkannya dan mengubahnya. Oleh karena itu, Wakil Eropa itu menyuarakan setinggi mungkin dengan mengatakan: “Islam adalah Eropa, dan Eropa adalah Islam.”
Oleh karena itu, ia mengatakan dalam konferensi yang dihadiri oleh para politisi, anggota parlemen Eropa, tokoh politik dan akademisi, perwakilan masyarakat Eropa, serta pemimpin kelompok Islam dan imam masjid ini, bahwa “Pluralisme adalah masa depan Uni Eropa, dan Islam adalah salah satu penopang identitas Eropa.” Wakil Eropa ini percaya bahwa Islam telah menjadi identitas Eropa, sekarang dan di masa depan. Sehingga Islam harus diterima sebagai komponen asli dan alami di Eropa, hingga membuat kaum Muslim menerima negara-negara Eropa sebagai negara mereka, yang pada akhirnya mereka berusaha menjaganya dan sistem sekulernya, serta terlibat di dalamnya dan menerapkannya dengan tetap sebagai Muslim yang terikat dengan agama dalam aspek-aspek pribadi. Ini adalah politik yang bisa dipahami dari apa yang ia katakan, bahwa ia menyadari fakta dan menghukuminya melalui fakta-fakta yang dilihatnya dan laporan-laporan yang diterimanya. Sebab ia seorang akademisi yang mempelajari Islam secara teori, dan ia mendapat gelar doktor pada tahun 1994, tentang Islam politik, pada sebuah universitas di Perancis.
Wakil Eropa ini melihat bahwa sejumlah besar kaum Muslim, khususnya orang asli Eropa yang masuk Islam lebih bersemangat dalam ber-Islam dan menjalankannya, sehingga ada sejumlah anak-anak muda yang bersemangat ingin berjuang demi Islam di mana saja. Karena itu, ia melihat fakta ini sebagai sebuah kecenderungan ke arah kekerasan dan ekstremisme. Ia menjelaskan bahwa “Banyaknya anak-anak muda yang bergabung dengan organisasi negara Islam (ISIS) yang dianggap sebagai musuh terbesar Islam, telah menjadikan Islam sebagai korbannya.” Ia mengatakan: “Bergabungnya anak-anak muda dengan ISIS, maka mereka perlu dicarikan tempat di struktur sosial melalui program pendidikan dan pengajaran,” karena negara-negara Eropa telah memarjinalkan kaum Muslim, dan berusaha mengisolasinya, yaitu memeranginya, menjauhkannya dari agama, dan mengintegrasikan ke dalam masyarakat, namun hasilnya adalah sebaliknya. Untuk itu, ia meminta negara-negara Eropa bertanggung jawab atas semua itu. Ia mengatakan bahwa “Kelemahan wacana politik dapat menjadi tanggung jawab yang lain atas hasil yang negatif.” Sehingga ia menyerukan untuk “berpikir tentang masa depan rakyat kita secara partisipatif dengan mempertimbangkan sifat pluralisme masyarakat Eropa.” Artinya, ia ingin membuat kaum Muslim mengambil bagian dalam kehidupan politik, sebagai komponen sosial, seperti komponen-komponen masyarakat Eropa lainnya.
Jadi, kaum Muslim harus memperhatikan apa yang dirancang untuk mereka melalui politik pemblokiran ini. Kaum Muslim harus menjalani kehidupan secara alami di Eropa, dan terikat dengan akad-akad dan perjanjian-perjanjian yang sesuai Islam. Kaum Muslim harus terlibat dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan terikat pada Islam, tanpa harus terlibat dalam sistem sekuler atau berpartisipasi di dalamnya, sebagai menteri, anggota parlemen atau ketua partai, sebab itu semua tidak boleh berdasarkan hukum Islam, juga tidak boleh terlibat dalam partai-partai sekuler demokrasi, dan memberikan suaranya. Kaum Muslim hanya wajib terikat dengan Islam, dan mendakwahkan Islam pada rakyat Eropa melalui pemikiran. Kaum Muslim harus menjadi contoh seorang Muslim sejati dalam semua perilakunya, agar orang Eropa mencintai Islam.
Perlu dicatat bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel pernah mengatakan pada pertengahan Januari lalu, dimana dirinya mendukung argumen mantan Presiden Jerman Christian Wulff bahwa “Islam adalah bagian dari Jerman”. Hal ini disampaikan setelah insiden Charlie Hebdo yang memicu demonstrasi di Berlin. Sepertinya ia lupa dengan pernyataan yang diucapkannya, bahwa”Tidak ada multikulturalisme, namun yang ada hanya satu budaya Eropa saja.” Dengan demikian, Jerman mulai melaksanakan politik pemblokiran ini.
Di sisi lain, bahwa ini menjadi bukti kegagalan kepemimpinan pemikiran dalam kapitalisme, sebab ia tidak mampu menghentikan laju Islam, penyebarannya dan pengaruhnya terhadap masyarakat, meskipun fakta bahwa negara-negara besar dengan memiliki potensi besar pula, dan telah digunakan untuk memerangi Islam dan kaum Muslim, namun mereka tetap saja tidak berhasil. Dan hal itu juga menjadi bukti keberhasilan kepemimpinan pemikiran dalam Islam, di mana Islam sangat berpengaruh dalam masyarakat, dan meleburnya dalam wadah ideologi Islam. Lalu, bagaimana jika ideologi ini telah memiliki negara yang akan menjadi contoh nyata bagi penerapan Islam dalam realitas kehidupan, dengan menegakkan kebenaran dan keadilan di antara masyarakat, Insya Allah, rakyat Eropa akan masuk ke dalam agama Allah (Islam) dengan berbondong-bondong. [As’ad Manshur]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 28/6/2015.