Oleh: Zahrudin, S.Pd.I (Humas HTI Sulteng)
Ramadhan yang dinanti saat ini telah benar-benar berada di tengah kita, samudera keutamaan pun telah membentang luas bagi setiap hamba yang menginginkan limpahan rahmat dan ampunan dari Rabb pemilik Arsy yang agung. Hanya orang-orang yang “tidak tahu diuntung” sajalah yang akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Benarlah sabda Baginda Nabi SAW. bahwa orang yang celaka itu adalah orang yang bertemu dengan Ramadhan, kemudian berlalu Ramadhan sementara ia tidak mendapatkan ampunan Allah SWT. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi kita untuk memaksimalkan waktu dan kesempatan yang kita miliki saat ini untuk memperbanyak amal sholih serta menjaga agar amaliah-amaliah yang kita lakukan itu tidak berakhir sia-sia di hadapan Allah SWT.
Diantara syarat diterimanya amal ibadah seseorang adalah selain harus sesuai dengan tuntunan syariat, amalan itu juga harus disertai dengan niat yang ikhlas mengharapkan Ridho Allah SWT. Ikhlas adalah fondasi diterimanya amal ibadah seseorang. Dalam hal puasa secara khusus Rasulullah SAW. Bersabda “barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT., maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhori Muslim).
Demikian pula dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hendaknya kita niatkan hanya untuk mengharapkan pahala di sisi Allah SWT. sebab jika tanpa keikhlasan, maka sungguh semua Ibadah dan amalan yang kita kerjakan itu hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan, penyesalan dan kerugian yang teramat besar di akhirat nanti.
Imam Muslim meriwayatkan hadits yang cukup panjang dari penuturan Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda ““Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.
Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur’an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur’an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur’an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.
Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.”
Demikianlah amalan-amalan agung dan mulia itu tertolak karena tidak dilandasi sikap ikhlas. Maka sudah sepantasnya kita mawas diri dengan terus menerus memperbaharui dan meluruskan niat kita. Jangan sampai kita terlena dengan banyaknya amal ibadah yang sudah kita lakukan selama ini. sebab boleh jadi pernah terselip riya’ dalam sholat dan puasa kita, sebab boleh jadi kita pernah kehilangan sikap ikhlas dalam dakwah dan perjuangan kita dijalan Allah. Semoga tempaan Ramadhan tahun ini akan semakin mengokohkan komitmen dan keikhlasan kita dalam beraktivitas mengharap Ridho Allah SWT. Amin ya Rabb al-alamin.