Perdana Menteri Inggris David Cameron mengambil kesempatan penuh dari serangan yang terjadi di Tunisia untuk terus maju dengan agenda untuk menyelidiki dengan teliti kaum Muslim agar mengintegrasikan diri di Inggris, dia memata-matai mereka dengan menggunakan UU yang baru dan menyalahkan umat Islam atas serangan yang terjadi.
David Cameron pada sejumlah pidato mengatakan adanya ancaman ekstremis di balik serangan di pantai Tunisia bisa dikalahkan dalam jangka panjang dengan “respon spektrum secara penuh” dengan fokus pada radikalisasi di Inggris maupun di luar negeri, meskipun serangan di Tunisia tidak ada hubungannya dengan Inggris. Dia juga mengatakan “ancaman eksistensial” yang ditimbulkan oleh munculnya ISIS di Irak dan Suriah adalah “perjuangan generasi kita dan kita harus berjuang dengan segala yang kita bisa.”
Pemerintah Inggris telah memberikan kekuatan yang belum pernah diberikan kepada intelijen dan polisi seperti dapat menahan orang-orang yang dicurigai sebagai kriminal. Pemerintah Tory telah menempatkan kewajiban hukum baru yang mewajibkan semua badan publik – dari mulai sekolah hingga penjara – untuk mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan mengatasi radikalisasi.
Namun Cameron mengatakan dia ingin melakukan lebih jauh lagi. Langkah-langkah baru dapat mencakup kekuasaan untuk melarang kelompok-‘kelompok ekstremis’ yang tidak tertangkap oleh undang-undang anti-teror yang ada dan menutup tempat pertemuan ‘ekstremis’ , termasuk melarang Hizbut Tahrir, sebagaimana ditegaskan oleh David Cameron di radio. (Khilafah.com, 2/7/2015)