HTI Press, Surabaya. “Asing, A-seng dan Asong adalah para aktor neo-imperialis di Indonesia,” kata Hatta Taliwang (Direktur Institute Ekonomi-Politik Soekarno-Hatta) ketika menjadi salah satu narasumber di Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Jatim edisi 37 (edisi spesial Ramadhan) pada Ahad (28/06) jam 08.30 – 11.30 di Hall G Asrama Haji Surabaya. Asing adalah perusahaan multinational corporation Barat yang kapitalis, A-seng adalah pengusaha china overseas (baik yang tinggal di Indonesia maupun yang menyebar di Asia Timur), dan Asong (dari kata asongan) adalah oknum pribumi sebagai komprador bisnis yang melayani kepentingan asing dan aseng.
Narasumber kedua HIP yang mengambil tema ‘Neolib, Langgengkan Neo-Imperialis?” adalah M. Soedjatmiko (Ketua DPW Partai Hanura Jatim). Di Hadapan peserta yang memenuhi Hall G, Soedjatmiko menyebutkan, “Salah satu sebab neo-imperialis di Indonesia adalah hutang dari luar negeri. Hutang merupakan senjata imperialis untuk menguasai suatu negara. Hutang bukan sebagai bentuk simpati atau bantuan, tapi sebagai jebakan (debt trap). Contoh terbaru adalah Yunani yang kolaps, juga disebabkan karena hutang luar negeri dari Negara-negara Eropa”
- Shiddiq Al Jawi menjadi narasumber ketiga, lebih jauh menjelaskan, “Struktur neolib global sebagai penggerak neolib global yang melanggengkan neo-imperialisme terdiri dari antara lain, pertama MNC (Multi National Corporation), kedua lembaga keuangan global seperti IMF, World Bank, ADB dll. Ketigamya adalaha blok-blok kerjasama ekonomi regional seperti MEE, APEC, MEA dll. Dan yang keempat adalah rezim-rezim neolib di Negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Jangan dikira ketika terjadi negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan Freeport misalnya, hal tersebut bukanlah merupakan 2 pihak yang berseberangan tapi hanyalah perundingan sesama teman.”
Sesi tanya jawab diisi 4 penanya ikhwan dan 2 peserta akhwat di antaranya dari Adam yang menyatakan bahwa kaum nasionalis bungkam terhadap mengguritanya neo-imperialisme, dari Dyah menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur justru memudahkan penjarahan sumber daya alam Indonesia untuk dibawa keluar negeri dll. Dan sebagai bisyaroh bagi peserta, dibagikan dvd RPA Jatim kepada 200 peserta yang hadir paling awal. [mi jatim]