Taushiyah Ramadhan: Agility

Oleh: Yusuf Mustakim, S.Kom.I. (Humas DPD I HTI Daerah Istimewa Yogyakarta)

Muslim memiliki  berbagai karakter yang unggul. Mereka memiliki  sifat-sifat utama seperti: rajin, percaya diri, on time, rasional, hemat, open minded, tegas, bertanggung jawab, respek, peduli, responsif, efisien dan lain-lain. Jika dibuat skoring dengan skala maksimal 100 maka seorang muslim akan mendapatkan top score pada tiap sifat diatas. Ini karena seorang muslim memiliki acuan sempurna yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW.

Selain sifat diatas, sifat Beliau SAW yang perlu dicontoh adalah Agility, yaitu kemampuan untuk bertindak cepat, gesit dan tangkas. Marilah kita berkaca kepada Rasulullah SAW dan para Sahabat bagaimana agility telah menjadi bagian dari karakter mereka. Pertama, saat perang Ahzab. Ketika itu pemuka Yahudi Bani Nadhir berhasil meyakinkan Quraisy dan kabilah-kabilah Arab untuk memerangi Daulah Islamiyah yang lahir di Madinah.  Pasukan dari berbagai kabilah  Arab pun berkumpul. Total pasukan berjumlah 10.000 orang dengan komandan Abu Sufyan.

Rasulullah mengunakan strategi Salman al Farisi yaitu membangun parit. Menyadari kecilnya pasukan serta minimnya logistik menjadikan kaum muslimin mengambil posisi bertahan. Berhari-hari kaum muslimin terkepung dengan penuh kekhawatiran akan serangan baik dari depan maupun belakang. Terlebih ketika Yahudi bani Quraizah memutuskan untuk keluar dari ikatan perjanjian dengan Rasulullah SAW. Namun kaum muslimin tetap yakin dengan janji Allah bahwa Al Haq akan menang terhadapa kebatilan. Atas pertolongan Allah melalui badai dan petir yang dahsyat akhirnya pasukan Ahzab pun porak poranda.

Satu pelajaran dari perang Ahzab yang menunjukkan agility Rasulullah SAW ,tanpa menunggu ganti hari Beliau langsung memerintahkan pasukan kaum muslimin menuntaskan masalah Yahudi bani Quraizhah. Pada hari itu juga kaum muslimin berangkat menuju ke perkampungan Yahudi Bani Quraidzah dan mengepungnya. Akhirnya benteng mereka pun dapat dikuasai.

Perang Khaibar juga menunjukkan bagaimana karakter agility pada diri  Rasulullah SAW. Sepulang dari Hudaibiyyah dalam waktu kurang dari 15 hari Beliau SAW berangkat bersama 1.700 pasukan menuju khaibar. Karena cepatnya gerak pasukan serta rapatnya informasi tentang penyerangan itu, penduduk Khaibar tidak merasakan kehadiran kaum muslimin. Sehingga pasukan ini bisa bermalam di depan benteng mereka sampai waktu subuh. Pagi-pagi setelah subuh, para pekerja Khaibar seperti biasanya hendak bekerja di ladang-ladang pertanian mereka dengan membawa sekop dan keranjang. Namun ketika sampai diluar mereka melihat pasukan kaum muslimin, spontan mereka lari masuk ke perbentengannya sambil berteriak-teriak, “ ada Muhammad beserta pasukannya”. Mendengar teriakan itu Rasulullah SAW bersabda, “Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Sesungguhnya ketika kita turun di halaman suatu kaum, maka pagi yang buruk milik orang-orang yang terancam”.

Pukulan kaum muslimin yang sangat cepat tidak dapat ditahan oleh Yahudi Khaibar, akhirnya mereka meminta damai kepada Rasulullah SAW. Permintaan tersebut dikabulkan, mereka tetap boleh tinggal di Khaibar dengan tanah dan kekayaan alamnya dikuasai oleh Rasulullah sesuai dengan hukum penaklukkan. Separuh hasil untuk mereka dan separuh hasil untuk Rasulullah SAW. Kemenangan atas Khaibar juga menjadikan  bagian utara jazirah hingga Syam menjadi aman bagi Daulah di Madinah.

Peristiwa Fathu Makkah juga memberikan pelajaran mengenai karater agility yang hendaknya dimiliki oleh setiap muslim. Insiden penyerangan Bani Khuza’ah oleh Bani Bakar atas hasutan Quraisy segera direspon oleh Rasulullah SAW. Insiden tersebut secara jelas menunjukkan pelanggaran atas perjanjian Hudaibiyah dan harus ada tindakan tegas terhadapnya yang tidak lain adalah penaklukan kota Makkah.

Nabi SAW segera menyusun pasukan yang berjumlah 10.000 orang. Persiapan serta gerak yang cepat ini sengaja dilakukan agar penduduk Makkah tidak punya waktu untuk mempersiapkan diri sehingga tidak terjadi perlawanan dengan demikian maka pertumpahan darah pun dapat dihindarkan. Sejarah pun mencatat Makkah dapat ditaklukkan tanpa pertempuran.

Inilah karakter agility yang dapat diteladani pada diri Nabi kita. Jika disimak lebih lanjut Al Qur’an berulang kali memerintahkan untuk bersegera. Bersegera bersujud, bertaubat dan memulai amal shalih baru setelah amal sebelumnya terlaksana, sebagaimana firman Allah SWT, “fa idza faraghta fan sab wa ila rabbika far ghab”.

Tantangan dakwah kedepan membutuhkan agility. Agenda dakwah yang terus bergerak maju serta susul menyusul akan semakin memperkokoh keyakinan umat akan perjuangan ini dan meningkatkan dukungan segenap pihak serta mempercepat turunnya pertolongan Allah SWT.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*