Yunani membutuhkan dana talangan dan pasar saham China dalam kondisi krisis. Tapi ekonomi global memiliki tanda bahaya lain: Amerika Latin.
Setiap ekonomi utama negara Amerika Latin sedang melambat atau menyusut. Bank Dunia memperkirakan tahun ini akan menjadi tahun terburuk pertumbuhan ekonomi di Amerika Latin sejak terjadinya krisis keuangan. Seolah-olah hal itu tidak cukup mengerikan, dua pasar saham yang berkinerja dunia juga berada di wilayah juga.
Dan banyak hal yang bisa menjadi lebih buruk pada tahun ini bagi Amerika Latin, wilayah yang merupakan dua kali lipat ukuran ekonomi India.
“Lemahnya ekonomi di Amerika Latin mencerminkan prospek global yang melemah,” kata Win Thin, ekonom senior di Brown Brothers Harriman.
Setelah bertahun-tahun mengalami kemajuan, Amerika Latin menjadi wilayah “paling rentan”bagi China yang ekonomi dan pasar sahamnya mengalami krisis, para ahli mengatakan.Wilayah ini menjadi medan pertempuran perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
China adalah mitra dagang terbesar bagi berbagai negara Amerika Latin, tetapi AS telah berusaha untuk menegaskan kembali kehadirannya dalam beberapa bulan terakhir. Namun, pertumbuhan ekonomi China yang lamban juga membuat ekonomi Amerika Latin menjadi ikutturun.
“Kami memperkirakan pertumbuhan yang sangat, sangat lemah,” kata Eugenio Aleman, ekonom senior di Wells Fargo Securities. “Ekonomi Brasil dalam keadaan buruk. Argentina tidak lebih baik. Chile tertatih-tatih… Peru juga jauh melambat.”
Venezuela memiliki ekonomi terburuk di dunia dengan inflasi yang setinggi langit. Tetangganya, Kolombia memiliki pasar saham terburuk di dunia tahun ini. Indeksnya turun sebesar 13% sepanjang tahun ini. Yang terburuk kedua adalah Peru, turun 12,5%. (Argentina memiliki pasar saham terbaik di dunia, tapi itu lebih merupakan refleksi kondisi politik daripada ekonomi).
Sementara banyak orang yang fokus pada Yunani pada saat ini, “penurunan yang lebih dalam di China masih tetap memberikan risiko eksternal kunci bagi Amerika Latin,” kata Neil Shearing, kepala ekonom pasar di Capital Economics.
Wilayah ini mengalami booming pada dekade lalu ketika komoditas, seperti besi, tembaga dan makanan, dalam permintaan yang tinggi.
Dan China lah yang mendorong permintaan itu. Sekarang perusahaan-perusahaan konstruksi China sedang mengurangi permintaan sementara pemerintah mencoba menghentikan pasar saham yang mengalami pukulan. Artinya lebih sedikit uang dari China ke negara-negara Amerika Latin.
Harga minyak juga telah memperburuk wilayah ini.
Dan kemudian mata uang mengalami masalah. Kenaikan kuat dolar AS tahun ini telah membantunya mendapatkan pijakan pada mata uang Amerika Latin. Sehingga membuat lebih mahal bagi Amerika Latin untuk membeli barang-barang impor dan, dan bagi beberapa perusahaan, lebih mahal untuk membayar utang dalam mata uang dolar AS.
Mata uang Kolombia telah kehilangan 13% dari nilainya pada tahun ini terhadap dolar. Mata uang Brasil telah kehilangan 21% dan peso Meksiko juga terus meluncur.
Mungkin akan ada pukulan lebih besar lagi bagi Amerika Latin dari AS pada tahun ini: kenaikan suku bunga Federal Reserve yang ditunggu-tunggu.
Dua tahun lalu, saham Amerika Latin memenuhi pasar kemudian Ketua The Fed Ben Bernanke mengumumkan bahwa The Fed akan mengakhiri program stimulus. Setelah krisis keuangan, The Fed memberikan suku bunga nol, dan para investor pergi ke luar negeri untuk mendapatkan labayang lebih baik pada laba obligasi daripada obligasi AS, yang masih memberikan kembalikeuntungan yang kecil. Kenaikan suku bunga The Fed bisa mengubah skenario itu.
Posisi Amerika Latin lebih baik pada saat ini untuk kenaikan suku bunga The Fed daripada posisiyang lalu. Tapi masih mungkin terjadi eksodus uang tunai, para ahli mengatakan. (cnn.com, 14/7/2015)