Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Gema takbir berkumandang di seluruh dunia saat kaum Muslimin berbahagia menyambut Idul Fitri . Hari kebahagiaan dan kemenangan setelah hampir sebulan lebih umat Islam melaksanakan shaum di bulan Ramadhan yang penuh barakah.
Namun ada hal yang masih sama, dari tahun-tahun sebelumnya, saat kita menyambut Idul Fitri, umat Islam masih dalam kondisi yang menyedihkan dan mengalami penderitaan di mana-mana. Penyebabnya adalah keberadaan penguasa-penguasa boneka di tengah umat dan tidak diterapkannya hukum-hukum Allah SWT secara totalitas. Semuanya akibat ketiadaan khilafah di tengah-tengah umat.
Kita masih melihat bagaimana negara-negara imperialis yang rakus menjadikan umat Islam santapan empuk mereka. Kekayaan negeri Islam mereka rampas. Umat Islam lapar dan miskin di tengah negeri mereka yang kaya raya. Kesatuan umat mereka cerai beraikan. Mereka membelah Sudan menjadi dua negera. Timor Timur mereka lepaskan dari Indonesia. Menyulut berbagai konflik di negeri Islam. Semua ini membuat umat Islam semakin lemah tak berdaya. Negara imperialis yang rakus tanpa naluri membantai umat Islam di Irak dan Afghanistan.
Mereka tumpahkan darah kaum Muslimin dengan mudah dan murah tanpa rasa kemanusiaan. Terkadang mereka lakukan bersama-sama, terkadang sendiri, seperti yang dilakukan Prancis di Afrika Tengah yang membiarkan pembantaian umat Islam, Rusia di Cremia, Kaukasus, Chechnya, dan Tataristan. China juga tak kalah kejamnya memperlakukan umat Islam di Turkmenistan yang mereka sebut dengan Xianjiang. Rezim Hindu di India dengan keji mengoyak-ngoyak tubuh kaum Muslimin di Khasmir. Bahkan, negara kecil seperti Birma pun dengan dukungan militer dan pendeta Budha radikal memperlakukan umat Islam Rohingya dengan keji.
Karena itu, di hari yang bahagia ini sudah seharusnya kita menegaskan kembali komitmen kita untuk menegakkan Khilafah ala minhajin Nubuwah. Negara yang yang akan menyatukan umat Islam, menerapkan seluruh syariah Islam, melindungi kehormatan, kekayaan, dan jiwa umat Rasulullah SAW yang mulia ini.
Bukankah yang diinginkan Allah SWT dari shaum kita selama sebulan adalah la’allakum tattaqun, agar kita menjadi orang yang bertakwa. Bukankah takwa artinya kita wajib menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan meninggalkan seluruh larangan Allah SWT tanpa kecuali? Bukankah takwa artinya kita harus bersatu dan berpegang teguh pada ajaran Islam yang mulia? Bukankah takwa juga berarti kita tidak boleh membiarkan syariah Islam tidak diterapkan? Bukankah orang yang bertakwa tidak akan membiarkan umat Islam dizalimi, kekayaannya dirampas dengan rakus? Dan bukankah semua itu mustahil kita wujudkan tanpa adanya Khilafah Islam?
Kewajiban untuk menegakkan kembali khilafah dan mendukung perjuangan khilafah inilah yang juga ditegaskan dalam seruan Hizbut Tahrir pada bulan Ramadhan di seluruh dunia kepada umat Islam dan ahlul Quwwah. Hizbut Tahrir dalam seruannya menegaskan : “Urusan ini tak akan menjadi baik kembali, kecuali dengan apa yang dahulu menjadikannya baik. Memerintah dengan Islam dalam sebuah Negara Khilafah Rasyidah, yang dinaungi oleh Rayah ‘Uqab, bendera Rasulullah SAW. Hanya dengan ini saja, umat ini akan bangkit dari keterpurukannya, terbangun dari kejatuhannya, dan perjalanannya di masa lalu akan kembali, yaitu Khilafah Rasyidah, yang menerapkan Islam di dalam negeri, dan mengembannya ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad”
Dalam seruan tersebut Hizbut Tahrir juga mengingatkan pentingnya khilafah bukan sekadar bahwa khilafah secara fakta akan memberikan kebaikan pada umat Islam dan menjadi jalan kebangkitan. Namun lebih penting dari itu penegakan khilafah ini adalah kewajiban syariah Islam, kewajiban yang bukan sekadar kewajiban. Khilafah merupakan kewajiban agung, bahkan induk dan mahkota segala kewajiban. Dengannya, semua hukum syariah bisa ditegakkan, dan sanksi hukum bisa dilaksanakan. Tanpanya, baik hukum maupun sanksi tidak akan bisa diterapkan di tengah-tengah umat manusia. Padahal, “Suatu kewajiban tidak akan sempurna, kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib.”
Mendirikan khilafah dan mengangkat seorang khalifah hukumnya fardhu. Bukan sembarang fardhu, tetapi kefardhuan yang membuat siapapun yang tidak berjuang untuk mewujudkannya, sementara dia mampu, maka dosanya sangat besar. Seolah dia mati dalam keadaan jahiliyah, untuk menunjukkan begitu besar dosanya:“Siapa saja yang mati, dan di atas pundaknya tidak ada baiat [kepada khalifah], maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah.” [HR Muslim]
Karena itu di hari yang penuh bahagia ini, dengan dorongan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT marilah kita memenuhi seruan Hizbut Tahrir untuk berjuang bersama menegakkan khilafah. Bagi para ahlul quwwah dan ahlul man’ah segeralah memberikan nushrah (pertolongan) bagi tegaknya agama Allah SWT. Mari kita penuhi seruan penting Hizbut Tahrir ini : Seruan sebelum yang terakhir ini kami tujukan kepada Anda: Kami menyerukan Anda untuk memberikan dukungan, maka bergabunglah bersama orang-orang yang sebelumnya terlebih dahulu telah memberikan dukungan kepada kami. Kami ulurkan tangan kami kepada Anda, maka raihlah, dan bergabunglah bersama Ahli Man’ah kami. Sebab, bahtera ini hampir saja akan berjalan, maka bersegeralah ikut perjalanan dengan kami: “Mereka mengatakan, “Kapankah itu? Katakanlah [Muhammad], boleh jadi itu sudah dekat.” [TQS. al-Isra’: 51]. Allahu Akbar ! [] Farid Wadjdi