Majalah pemerintah Mesir, “Rosa El Youssef” menegaskan bahwa “Arab Saudi telah menjual Mesir”, dan “kembalinya hubungan Mesir – Iran lebih dari sekedar kebutuhan”. Majalah pemerintah ini menekankan bahwa “sambutan Raja Salman terhadap Khaled Meshaal, dan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin Yaman telah mengguncang hubungan antara dua sekutu ini.” Sementara sejumlah media Arab Saudi menyerang Mesir, bahkan para wartawan Arab Saudi menyebut 30 Juni sebagai hari “kudeta”.
Dalam hal ini majalah menyebutkan sejumlah bukti kuat adanya kerusakan hubungan antara Mesir dan Arab Saudi, dan suasana dingin yang menyelimutinya, di antaranya bahwa Kerajaan Arab Saudi tidak menemukan pilihan untuk menghilangkan pengaruh al-Houthi, dan tidak menemukan jalan keluar setelah kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat, serta pencabutan sanksi ekonomi terhadap Teheran. Untuk itu, perlu membentuk aliansi Sunni yang besar guna menghadapi pengaruh Iran Syiah di wilayah Arab. Karena itulah Raja Salman bertemu dengan Khaled Meshaal.
Majalah menambahkan bahwa alasan ini saja sudah sangat cukup untuk membuat tegang hubungan antara Mesir dan Arab Saudi, namun ini bukan satu-satunya, masih ada banyak alasan, yang paling penting adalah bahwa Mesir dan Arab Saudi berbeda dalam melihat krisis Suriah dan Libya, menurut majalah tersebut.
Seorang pengamat melihat apa yang dipublikasikan majalah ini sebagai eskalasi media yang mengejutkan, sebab hal itu datang hanya setelah 48 jam dari pertemuan dua menteri luar negeri Mesir dan Arab Saudi di Kerajaan Arab Saudi, dimana keduanya menepis adanya rumor tentang krisis hubungan antara kedua negara, terkait kunjungan Meshaal ke Arab Saudi baru-baru ini.
Tidak diragukan lagi bahwa kepemimpinan Mesir telah bersiap membangun kembali hubungan dengan Iran, dan keputusan untuk itu telah mereka buat. Mesir telah mempersiapkan materi dan sejumlah kampanye pers untuk keputusan ini, sedang untuk pengumumannya tinggal menunggu saat yang tepat saja (islammemo.cc, 27/7/2015).