Menurut Habib Khalilullah bin Abu Bakar Al Habsyi Al Hassani aksi brutal dan keji yang dilakukan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) itu adalah bukti sikap abai, dan kurang seriusnya pemerintah untuk melindungi kepentingan umat Islam.
“Seharusnya tragedi memilukan tersebut bisa dihindari,” ujar Pimpinan Majlis Dzikir Imdadul Hadadiy, Jakarta Timur, seperti dilansir Tabloid Media Umat Edisi 155: Tolikara, Gereja Hasut Separatisme Papua, Jum’at, 22 Syawal – 5 Dzulqaidah 1436 H 7 – 20 Agustus 2015.
Karena, lanjut Habib Khalilullah, jauh sebelum tragedi tersebut terjadi telah beredar surat terbuka dari Badan Pekerja Wilayah Toli (BPWT) Gereja Injili di Indonesia (GIDI) tertanggal 11 Juli 2015 yang ditujukan kepada Umat Islam se Kabupaten Tolikara, ditandatangani oleh Pdt. Nayus Wenda sebagai Ketua dan Pdt. Marhen Jingga sebagai Sekretaris, dan ditembuskan kepada Bupati, Ketua DPRD, Kapolres dan Dandim Kabupaten Tolikara, yang berisi larangan umat Islam di sana merayakan lebaran. Bahkan dalam surat tersebut tertulis larangan bagi Muslimah memakai jilbab.
“Peristiwa yang memilukan ini semakin menegaskan, hanya di dalam sistem Islam (Khilafah Islam) umat Islam terjaga agama, kehormatan, harta dan jiwanya,” tegas Habib.
Dalam khilafah Islam, non Muslim mendapat perlakuan sama sebagaimana umat Islam. “Maka seluruh elemen umat terutama ulama dan tokoh masyarakat, untuk berada di garda terdepan dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo