Mantan Komisioner Komnas HAM Shaharuddin Daming meyakini diamnya para pejuang hak-hak minoritas terhadap kedzaliman yang menimpa minoritas Muslim di Tolikara lantaran Barat tidak membiayai mereka untuk membela hak-hak minoritas Muslim.
“Karena umat Islam yang ada di Papua tidak termasuk kelompok minoritas yang dibiayai Barat maka mereka pun diam,” ujarnya seperti dimuat Tabloid Media Umat Edisi 155: Tolikara, Gereja Hasut Separatisme Papua, Jum’at, 22 Syawal – 5 Dzulqaidah 1436 H 7 – 20 Agustus 2015.
Daming mengkritik tajam para pejuang HAM hak-hak minoritas yang selama ini suka bernyanyi dan berteriak jika ada kalangan umat Islam yang melakukan sesuatu terhadap kelompok-kelompok minoritas seperti kasus aliran sesat Ahmadiyah misalnya.
“Sekarang saya ingin bertanya, kemana sekarang Ulil dan kawan-kawannya itu? Mana suara mereka yang katanya membela minoritas? Bukankah umat Islam sekarang umat Islam di Papua itu sebagai minoritas yang tertindas?” tanyanya retoris.
Menurut Daming, kasus Tolikara merupakan bukti kongkret dikala umat Islam menjadi minoritas akan diperlakukan dengan sangat dzalim.
“Jadi semakin yakinlah saya bahwa sebetulnya mereka yang menamakan diri pejuang kelompok hak-hak minoritas adalah hak-hak minoritas yang disponsori oleh Barat,” tambahnya.
Ia pun menyatakan yang dilakukan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) itu terlalu berani dilakukan bila tidak ada dukungan dari berbagai pihak yang memiliki power yang lebih besar. “Maka saya sepakat dengan Ketua BIN Sutiyoso yang menyebut bahwa asing bermain dalam kasus tersebut,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo