Nasionalisme Penghalang Ukhuwah Islamiyah
HTI Press, Jember. Syawal telah berlalu, namun MHTI tetap dan selalu mengajak umat merekatkan ukhuwah. Tema sentral ukhuwah inilah yang diangkat dalam Majlis Taklim MHTI DPD Jember, Ahad (16/8) di mushola kantor DPD HTI Jember. Setelah khidmat menggemakan shalawat, peserta disuguhi video tentang fakta ummat Islam yang tepecah-pecah meski sesungguhnya mereka adalah satu umat.
Hadir memberikan tausiyah, Ustadzah Iffah Mahmudah, muballighah kondang dari MHTI. Dalam tausiyahnya, Ustadzah Iffah menyatakan bahwa ukhuwah atau persaudaraan adalah perintah sekaligus karunia dari Allah Swt. Ukhuwah juga merupakan simbol persatuan dan kekuatan umat Islam. Menjaga ukhuwah Islamiyah dapat dilakukan dengan empat cara, yakni ta’aruf atau saling mengenal, tafahum atau saling memahami sehingga tercipta ikatan hati, pemikiran dan perilaku, ta’awun atau saling menolong, takaful atau saling menanggung.
“Namun sayang, ada banyak tantangan mewujudkan ukhuwah Islamiyah kini,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi keimanan umat Islam yang rendah saat ini membuat ukhuwah itu belum terwujud. Lebih dahsyat dari itu, penyakit sepilis melanda umat Islam kini.
“Apa itu Sepilis? Sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme.” Ustadzah Iffah menjelaskan.
Sepilis membuat umat Islam hanya berfikir tentang dirinya dan tidak peduli pada orang lain. Selain itu, penghalang ukhuwah terbesar adalah paham nasionalisme yang tertanam di benak umat Islam. Padahal paham ini bukan berasal dari Islam. Nasionalisme adalah biang keladi perpecahan umat. Karena nasionalisme, umat Islam terkotak-kotak dan tidak mampu merasakan penderitaan yang dialami saudaranya di Rohingnya, Palestina, dll. Di akhir materinya, Ustadzah Iffah menjelaskan bahwa ukhuwah Islamiyah akan terwujud hanya dengan khilafah. Khilafah akan mempersatukan umat atas dasar akidah, bukan suku-bangsa, bahasa,maupun warna kulit.
Peserta khidmat menyimak tausiyah. Diantara mereka tampak sedang mencatat materi yang disampaikan. Meski khilafah belum tegak namun suasana ukhuwah sangat terasa dalam sesi ramah tamah. Peserta saling bersalaman, memaafkan, mendo’akan dan menasehati untuk tetap istiqomah dalam perjuangan menegakkan Khilafah.[]