Melebarnya surplus neraca perdagangan Indonesia ke angka US$ 1,33 miliar pada Juli 2015, menurut Ketua Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Yahya Abdurrahman bukan karena kemandirian produksi dalam negeri.
“ Itu karena penurunan impor lebih besar dari penurunan ekspor. Sebabnya bukan karena kemandirian produksi dalam negeri terwujud, tetapi karena perekonomian melambat,” bebernya kepada mediaumat.com, Kamis (20/8).
Karena ekspor sendiri jatuh ke level terendah sejak lebih dari 5 tahun lalu (2010). “Itulah akibat sistem neoliberal,” simpulnya.
Yahya pun merekomendasikan agar mengganti sistem. “Karena itu ganti sistem ekonomi neoliberal dengan sistem ekonomi Islam, niscaya perekonomian akan benar-benar riil dan menyejahterakan,” pungkasnya.(mediaumat.com, 21/8/2015)