Tujuan Serangan Turki Terhadap  ISIS dan Partai Pekerja Kurdistan di Suriah dan Irak

f16_turkeyoleh Ahmad Al-Khatawani*

Ledakan di Suruc yang menewaskan 32 orang Turki, dengan ISIS yang dianggap sebagai pihak bertanggung jawab menjadi penyulut situasi di perbatasan Turki-Suriah meledak.

Pesawat-pesawat Turki mulai mengebom posisi ISIS di dalam wilayah Suriah Utara dan posisi Partai Pekerja Kurdi di Jabal Qindeel di Irak Utara. Tidak anya itu, badan keamanan Turki menahan hingga 600 orang yang dicurigai anggota dari kedua gerakan tersebut. Akibatnya,  gencatan senjata yang telah ditandatangani pada tahun 2013 antara Turki dan orang-orang bersenjata dari Partai Pekerja Kurdi berakhir secara resmi. Setelah pelanggaran gencatan senjata dengan Turki, partai itu mengumumkan berakhirnya perjanjian yang telah ditandatangani dengan pemerintah Turki.

Dalam pernyataannya, mereka mengatakan, “Gencatan senjata tidak lagi memiliki makna setelah serangan tentara Turki.”

Saat ini, Turki berupaya untuk mengontrol wilayah Suriah Utara lewat darat dan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, “Instruksi telah diberikan untuk melakukan serangan udara di Irak dan Suriah. Hal ini akan diikuti oleh operasi serangan darat”.

Dengan hal itu, pemerintah Turki  menyatakan mereka akan membangun wilayah aman di Suriah utara setelah mengusir ISIS dari wilayah tersebut.

Aspek yang paling penting dari semua ini adalah bahwa untuk pertama kalinya pemerintah Turki sepakat—setelah terjadinya ledakan (di Suruc)—mengizinkan pesawat-pesawat  Amerika dan sekutunya untuk memanfaatkan semua pangkalan udara Turki, termasuk di Incirlik, untuk menyerang ISIS.

Perkembangan yang cepat ini tidak akan terjadi dan bahaya regional itu tidak akan dianggap secara keseluruhan jika pemerintah Amerika tidak setuju dengan mereka. Wakil  juru bicara Gedung Putih Alistair Baskey menyatakan, “Turki memiliki hak untuk mempertahankan diri terhadap serangan dari pemberontak Kurdi.” Hal ini menjadi indikasi implisit tentang dukungan pemerintah Amerika terhadap serangan Turki.

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah: Mengapa kepemimpinan Turki sekarang setuju untuk menyerang ISIS setelah sebelumnya menolak dengan keras, terlepas dari adanya tekanan Amerika?

Tidak boleh dianggap sebagai jawabannya, bahwa insiden di Suruc adalah alasan perubaan signifikan posisi Turki. Sebab, hal tersebut merupakan percikan api dan bukan suatu alasan. Hal itu adalah suatu dalih dan bukan motif. Adapun alasan dan motif sebenarnya bersifat politis dan bukan karena keamanan. Bahkan, lebih besar dari pada insiden ledakan semata.

Tekanan Amerika di Turki, sebagaimana yang sudah lama diketahui, adalah untuk membuka pangkalan Incirlik dan membuat Incirlik memfasilitasi kepentingan pesawat-pesawat Amerika. Pemerintah Turki takut reaksi opini publik yang membenci pemberian fasilitas tersebut kepada Amerika, khususnya parlemen Turki yang memilih menentang desakan Amerika untuk membuka pangkalan itu sebelumnya.

 

Apa yang kemudian membuat Turki tunduk kepada permintaan Amerika?

Tampaknya Amerika telah menyepakati paket politik komprehensif dengan Turki yang mencakup pembukaan pangkalan untuk pesawat-pesawat Amerika dan hal-hal lain. Agar paket ini berjalan, perlu sebuah insiden keamanan yang besar seperti ledakan di Suruc. Karena itu, kejadian ledakan ini memiliki andil jelas dari Intelijen.

Tampak bahwa kesepakatan atau paket ini terdiri dari hal-hal berikut:

  1. Perjanjian Amerika kepada Turki untuk melakukan serangan terhadap Partai Pekerja Kurdi di Irak utara dan mencegah kembarannya di Suriah, yakni Uni Demokratik Kurdi, dan para pengikut militannya yang disebut sebagai unit perlindungan rakyat, untuk memperluas dan menggagalkan pendirian entitas negara Kurdi di utara Suriah. Hal ini dilakukan, juga untuk meyakinkan Turki dan publik, dengan cara menghilangkan momok bahaya dari Kurdi yang menyerukan pendirian sebuah negara Kurdi di wilayah tersebut.
  2. Untuk menakut-nakuti para pemilih Turki agar mereka memberikan suara untuk partai Demokrat Masyarakat Kurdi, yang bersimpati kepada partai Pekerja Kurdi atau partai lain yang bersimpati kepadanya. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengisolasi dari ruang publik yang lebih luas dan kemudian menjatuhkannya pada pemilu yang seharusnya diulang di Turki. Hal ini sebagai upaya tambahan untuk meningkatkan popularitas partai Keadilan dan Pembangunan dan memungkinkannya untuk menang dalam pemilu mendatang.
  3. Untuk mendukung oposisi Suriah yang digambarkan sebagai oposisi moderat di Suriah dan yang setia kepada Turki, serta untuk meraih prestasi baru dengan latar belakang apa yang dicapai oleh front Idlib beberapa bulan lalu.
  4. Pembukaan pangkalan militer Turki untuk pergerakan pesawat-pesawat Amerika dan menyediakan semua fasilitas untuk mendukung hal tersebut. Fasilitas ini dianggap sebagai yang terpenting dari isi paket dan mungkin merupakan pilar kuat yang tunggal di dalamnya. Hal ini dikarenakan, semua poin-poin yang disebutkan sebelumnya bisa berubah dan Turki bisa gagal mencapai semua tujuan yang terkandung di dalamnya. Ini terjadi karena dibukanya pangkalan bagi pesawat-pesawat Amerika adalah tujuan yang pasti dalam paket dan merupakan hal yang sangat penting bagi Amerika. Hal ini merupakan prestasi besar dan Amerika tidak akan terganggu meski bagian lain dari paket ini gagal.

Semua ini kemudian mewakili tujuan sesungguhnya di balik serangan Turki terhadap wilayah Suriah utara dan Irak. Di saat yang sama, koordinasi yang solid dengan pihak Amerika terlihat dari hal tersebut. Tingkat koordinasi yang erat ini juga dapat dilihat pada konsesi berbahaya yang dibuat oleh Turki untuk memfasilitasi pergerakan pesawat-pesawat Amerika di wilayah tersebut. Melalui pengkhianatan ini, kedaulatan Turki telah dilanggar sementara Amerika telah diberikan hak logistik besar yang istimewa di daratan dan dan dilangit negara tersebut.

 

* Ditulis untuk koran Ar-Rayah –  No 36

 

3 Dzulkaidah 1436 H

18/8/2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*