Dengan bertujuan untuk membuka rintangan yang ada di masyarakat, umat Islam telah membuka pintu bagi masjid pertama di Janesville, Wisconsin selatan, untukmemperkenalkan Islam yang sesungguhnya kepada pengu njungnya.
“Orang-orang khawatir bahwa umat Islam merupakan ancaman,” kata pemilik masjid, Salih Erschen, mengatakan kepada Gazettextra hari Sabtu, tanggal 29 Agustus.
“… Jika mereka tidak tahu tentang Islam dan praktek agamanya beserta ide-ide dan apa yang menjadi fokus kaum muslim dalam hidupnya, maka itulah yang menyebabkan sedikit rasa takut, … jadi saya selalu mendorong umat Islam untuk membuka pintu mereka dan mengundang orang-orang untuk berbicara tentang bagaimana agama kita dan berbagi pemikiran. Hal itu sudahmenjadi pendekatan saya … dan kami mencoba untuk menjadi lebih terbuka lagi tentang hal itu. ”
Erschen menjadi tuan rumah pertemuan umum untuk membantu memberi pemahaman kepadamasyarakat tentang Islam.
Kebijakan pintu terbuka berjalan dengan baik setelah beberapa orang warga merasakan budaya Islam secara langsung saat Erschen berbagi pesan singkat tentang ketidakadilan sosial danbagaimana peran Allah di dunia.
Menantu Erschen yakni Ibraham Jitmoud membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan mengakhirinya dengan menjadi imam dalam shalat Isya berjamaah.
Para pengunjungnya termasuk orang-orang Kristen dari gereja-gereja di dekatnya yang ingin tahu tentang masjid.
“Kami memiliki kepentingan mendalam tentang I slam, tetapi tidak berniat untuk menjadi Muslim, “kata Pendeta David King dari Gereja Kristus Presbyterian di jalan Wright, ketika berbic arabersama istrinya, Priscilla King.
“Kami adalah orang-orang Kristen, dan kami ingin mendengar apa yang dia (Erschen) katakan. Ini adalah rasa ingin tahu kami. ”
Anggota pertama Congregational United Church of Christ yakni Jim Hay juga telah mengunjungi masjid itu.
“Kami adalah gereja terbuka, di mana semua orang tanpa memandang orientasinya seksualnya bisa datang berkunjung, dan kami ingin membangun masa depan,” kata Hay.
“Saya pikir itu adalah bagus karena kami memiliki budaya yang beragam, beragam wilayah, dankami tidak bisa mengabaikan hal itu, kami tidak bisa meninggalkannya, kami tidak dapat memilih dan mengambil siapa yang kami inginkan, siapa yang tidak kami inginkan,” kata Hay , merujuk kepada pembukaan masjid pertama di kota itu.
“Dan bahkan jika mungkin kami tidak setuju, kami perlu mengetahui seperti apakan (Islam)itu dan setidaknya menghormatinya.” (onislam.net, 29/8/2015)