Negara-negara Kafir Bertemu Untuk Kelangsungan Hidup Assad!

menlu negara kafirMenteri Luar Negeri AS John Kerry mengumumkan dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, Sabtu 19 September 2015 bahwa tanggal lengsernya Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan akan diputuskan di meja perundingan. Kerry mengatakan: “Sejak satu setengah tahun yang lalu, kita telah mengatakan bahwa Assad harus lengser, namun kapan dan bagaimana caranya belum ditentukan? Keputusan terkait masalah ini harus diambil melalui proses negosiasi Jenewa dan perundingan.” Ia menambahkan: “Tidaklah penting hari atau bulan ini, yang jelas ada proses yang semua pihak harus bertemu bersama untuk mencapai kesepahaman tentang bagaimana mewujudkannya dengan cara yang terbaik.” Ia menjelaskan bahwa tidak ada penetapan waktu tertentu untuk kelangsungan hidup Assad.

Sementara Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius dalam sebuah wawancara dengan sejumlah surat kabar Eropa mengatakan: “Untuk mencegah runtuhnya rezim seperti yang terjadi di Irak, maka harus mempertahankan militer dan pilar-pilar negara yang lain. Sehingga dibutuhkan kerja sama dari semua elemen rezim, anggota oposisi, dan mereka yang menolak terorisme.”

Dalam menanggapi pertanyaan, bagaimana jika permintaan untuk lengsernya Assad adalah prasyarat untuk dimulainya setiap solusi yang dirundingkan, maka menteri Perancis itu mengatakan: “Setiap perundingan akan menemui kegagalan jika kita mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, masa depan Suriah ada pada Bashar al-Assad. Begitu juga jika kita menuntut bahkan sebelum perundingan dimulai bahwa Assad harus menyampaikan permintaan maaf, maka kami juga tidak akan menemukan kemajuan.”

Semua sikap terbuka ini dikeluarkan sehubungan dengan penyebaran pasukan Rusia dan peralatan militer di beberapa daerah di Suriah yang berkoordinasi dengan AS. Jenderal Lloyd Austin telah membuat pernyataan terkait program Amerika yang akan melatih oposisi “moderat”, di mana ia mengatakan: “Mereka yang tetap dalam pertempuran jumlahnya sedikit, hanya empat atau lima pejuang.”

Padahal program ini telah menelan biaya 500 juta dolar. Jenderal Lloyd Austin mengatakan: “Sehingga secepat yang kita lakukan, pasti kita tidak akan sampai pada tujuan awal yang telah kita tentukan untuk diri kita sendiri.”

Hal ini menunjukkan besar dan rumitnya krisis yang tengah dialami Amerika dan kaum kafir Barat di Suriah, sehingga menjadikan kelangsungan hidup rezim antek Assad sebagai tujuan yang nyata setelah Amerika menipu untuk mengambil hati para pejuang revolusi.

Dengan demikian, kaum Muslim di Suriah harus melepaskan tangannya dari Amerika dan kaum kafir Barat di Suriah, jika tidak, maka kaum Muslim hanya akan menjadi alat mereka untuk melindungi rezim Assad, apakah kaum Muslim rela terus dipermainkan Amerika? (kantor berita HT, 23/9/2015).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*