Lintas Dunia [Oktober 2015]

Paranoid, Siswa Muslim Diborgol Di Sekolah, Disangka Membuat Bom

Paranoid, ketakutan berlebihan terhadap Islam dan terorisme, membuat seorang anak berusia 14 tahun di Texas ditahan di sekolah. Ironisnya, gurunya sendiri yang melaporkan karena menyangka ia membuat bom. Seperti dilansir VOA Online (17/09), seorang anak 14 tahun di Texas ditahan di sekolah setelah seorang guru menyangka ia membuat sebuah bom.

Ahmed Mohamed, yang mengatakan ia senang merakit piranti elektronik, tidak dihadapkan dengan tuntutan apapun; ia hanya diskors dari sekolah selama tiga hari. Insiden ini terjadi di Sekolah Menengah Atas MacArthur di Irving, Texas, dan dimulai ketika seorang guru mendengar detakan jam rakitan Mohamed. Demikian menurut Harian Dallas Morning News.

Mohamed diinterogasi oleh pejabat sekolah dan polisi yang menggeledah barang miliknya dan memborgol Mohamed. Polisi mengatakan jam yang dirakit Mohamed bukan barang berbahaya, tetapi dapat dicurigai sebagai alat peledak.

Mohamed adalah putra seorang imigran dari Sudan. Ayahnya, Mohammed Elhassan Mohamed, mengatakan insiden tersebut disebabkan oleh nama anaknya, seperti dikutip oleh Harian Dallas Morning News.

Media sosial diramaikan dengan opini dan simpati bagi Mohamed dengan beredarnya tagar #IStandWithAhmed. Obama kemudian membuat tweet tentang masalah ini dan mengajak Ahmed ke Gedung Putih.

Menurut anggota Maktab I’lami DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi, yang dialami Ahmed tidak bisa dilepaskan dari menguatnya islamophobia di Barat. Islamophobia yang berbalut ketakutan terhadap orang asing (xenophobia) sedang berkembang di seluruh Eropa dan negara-negara sekular Barat. “Hal ini merupakan buah dari monsterisasi tanpa henti terhadap Islam dan kaum Muslim oleh media dan para politisi di negara-negara tersebut. Ini didukung pula oleh adanya kebijakan dan undang-undang anti-teror diskriminatif yang tidak terhitung jumlahnya oleh pemerintah,” pungkasnya.

Dua Aktivis Muslimah HT Bangladesh Diculik

“Dua anggota Muslimah Hizbut Tahrir Bangladesh ditangkap oleh detektif preman polisi yang tidak tahu malu dari Uttara, Dhaka,” ungkap Kantor Media HT Bangladesh dalam pers rilis 17 Dzulkaidah 1436 H/ 1 September 2015. Mereka yang diculik pada 30 Agustus adalah seorang dokter gigi dan seorang insinyur.

“Satu-satunya kejahatan kedua Muslimah tak berdosa dan tak berdaya serta berkomitmen itu adalah karena mengundang kenalan mereka untuk berpartisipasi dalam konferensi online tentang Islam,” ungkap rilis merujuk pada konferensi online “Kemunculan Khilafah… Adalah Transformasi Yang Tidak Bisa Dihindari dari Politik dan Ekonomi Bangladesh,” yang diagendakan berlangsung pada 4 September.

Menurut HT Bangladesh, dengan menangkap para wanita terhormat anggota HT, kebencian rezim jahat Hasina dan polisi premannya tidak hanya mengundang azab Allah, tetapi juga membuat hidup mereka menjadi mimpi buruk sebelum menghadapi pengadilan Khilafah ar-Rasyidah.

Timur Tengah Terancam Kekurangan Air

Analisis baru dari World Resources Institute (WRI) menyimpulkan bahwa pasokan air di Timur Tengah akan memburuk dalam 25 tahun, yang akan mengancam perekonomian dan keamanan nasional di wilayah tersebut. Kondisi ini akan memaksa lebih banyak orang untuk pindah ke berbagai kota yang padat penduduk. Wilayah yang dihuni 350 juta manusia ini juga telah mulai pulih dari rangkaian gelombang suhu panas mematikan dengan suhu yang terus meningkat dalam beberapa minggu berturut-turut.

Sebuah laporan juga mengatakan bahwa air sekarang dianggap sebagai senjata di Suriah. World Resources Institute (WRI) menegaskan ada 14 negara lebih dari 33 negara yang akan menderita masalah air di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk Bahrain, Kuwait, Qatar, UEA, Palestina, entitas Yahudi, Arab Saudi, Oman, Iran dan Libanon.

Laporan itu mengatakan perusahaan, lembaga dan penduduk di kawasan ini sangat rentan terhadap perubahan sumberdaya air. Sumber air di Timur Tengah sangat bergantung pada air tanah, tetapi kekeringan berada pada tingkat yang lebih besar. Lembaga Dunia untuk Pengembangan Permanen memperkirakan bahwa Sungai Yordan akan menyusut 80% pada tahun 2120, dan sumber air tanah akan sangat memburuk dengan meningkatnya permintaan.

Ternyata, 9 Pimpinan IM Ditembak dan Disiksa Secara Keji Rezim Kudeta

Kesimpulan hasil penyelidikan Organasisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia di Inggris membantah versi resmi Pemerintah Mesir atas meninggalnya sembilan pemimpin Ikhwanul Muslimin dalam “bentrokan” dengan pasukan keamanan Mesir tanggal 6 Oktober di Kota Giza.

Mendagri Mesir Jenderal Mohamed Ibrahim pada Juli lalu menyatakan polisi tidak pernah melepas tembakan. Justru, masih menurut Ibrahim, polisilah yang ditembaki oleh demonstran. Dirinya menegaskan, pihak aparat hanya menggunakan gas air mata untuk membubarkan para demonstran. Alasannya, para demonstran telah menyebabkan jembatan setempat terganggu oleh asap ban yang sengaja dibakar.

Namun, laporan investigasi yang dipublikasikan www.aljazeera.net pada Senin (7/9), menyatakan terdapat puluhan bukti yang ada tentang, “pelenyapan orang-orang yang ditahan dan disiksa setelah ditembakkan peluru tajam ke tubuh mereka tanpa adanya justifikasi hukum, membuat tindakan untuk melakukan pembunuhan yang direncanakan terlebih dulu di luar proses hukum.”

Para pemimpin Ikhwan adalah: Hisham Khalifa, Hisham ElDesoki, Moatasem Ajizy, Abdel Fattah Ibrahim, Ismail Taher, Hisham Khafaji, Nasser al-Hafi, Osama al-Husseini dan Yusuf.

Laporan organisasi HAM itu menunjukkan bukti medis dan otopsi membenarkan bahwa beberapa dari mereka tewas dalam posisi yang lebih rendah dari si pembunuh; sementara yang lain-lain tewas ditembak di bagian belakang kepala, punggung dan samping, suatu hal yang membantah klaim perlawanan bersenjata dari mereka.

Dia menambahkan, setelah menampilkan gambar-gambar yang jelas terhadap tubuh dari para ahli forensik ditemukan bahwa beberapa orang mati setelah disiksa dengan pukulan mesin tumpul (tongkat dan pemukul), sengatan listrik, dibakar di bagian tubuh yang berbeda, sebelum pasukan keamanan menembakkan peluru tanpa perlawanan sedikit pun dari mereka.

Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia mendasarkan hal itu pada informasi dan bukti dari keluarga sembilan korban tewas dan beberapa foto penguburan yang diperoleh dengan izin, video, foto dan kesaksian dari beberapa orang yang ikut memandikan dan mengkafani korban sebelum penguburan.

Laporan itu mengatakan, jumlah kematian  mendokumentasikan langsung penghilangan secara fisik sejak pertama kali pada Januari 2015. Sejauh ini terdapat 22 orang dengan bukti untuk membuktikan kebohongan Mendagri terhadap mereka. Selain itu 41 kasus tewas dengan kondisi yang sama dan terus membutuhkan penyelidikan yang hati-hati dan seksama. [Riza Aulia-Muhammad Bajuri/Joy]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*