Abbas: Kami Khawatir Timbulnya Ancaman Apapun Terhadap Yahudi
Mahmoud Abbas Presiden Otoritas Palestina, pada tanggal 6/10/2015 menyeru Yahudi kembali ke perundingan. “Kami katakan hentikan pemukiman dan mari kita berunding; bebaskan tiga puluh tahanan yang telah Anda sepakati dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, dan kami siap untuk berunding, bahkan kami siap untuk membahas perjanjian yang telah disia-siakan dan dirusak sejak Oslo sampai sekarang oleh pihak Israel; kami berkomitmen dengan perjanjian, namun kami tidak bisa hanya berkomitmen sendirian. Jika Israel tidak lagi mempedulikannya, maka kami juga memiliki kewajiban yang kami lakukan. Jika Israel tidak ingin perjanjian ini, maka kita tidak ingin melaksanakan perjanjian ini,” ujarnya.
Ia juga mengatakan pihaknya akan tetap menjaga perjanjian keamanan dan politik dengan Yahudi.
Pernyataan ini adalah pernyataan lemah yang memelas, di mana Abbas percaya bahwa Yahudi telah membatalkan perjanjian tidak melaksakan sedikitpun, sedang ia masih berkomitmen dengannya. Sementara ancamannya untuk membatalkan penjanjian seperti yang dilakukan musuh terhadapnya datang dalam bentuk yang sangat lemah, seolah-olah ia takut untuk mengatakannya saya akan membatalkannya.
Karenanya ia mengatakan “kami tidak ingin melaksanakan perjanjian tersebut jika entitas Yahudi tidak menginginkan perjanjian ini.”
Pada saat yang sama ia mengatakan bahwa “entitas Yahudi telah menyia-nyiakannya dan membatalkannya, lalu ia tetap berkomitmen dengannya.” Seandainya ia memiliki sedikit keberanian dan kebesaran hati tentu ia telah merobek semua perjanjian berbahaya yang ditandatangani di Oslo dan di tempat lainnya.
Semua tahu bahwa perjanjian ini haram dilakukan dengan Yahudi yang telah merampas tanah Palestina, dan tidak boleh mengakui sejengkalpun. Semuai itu adalah pengkhianatan tingkat tinggi, dimana orang yang menandatanganinya dan menerimanya harus dihukum dengan hukuman yang paling berat di dunia ini, dan di akhirat diazab dengan azab yang paling pedih.
Pada saat orang-orang Yahudi setiap hari menodai Masjid Al-Aqsa dan menyerang kaum Muslim yang menjaganya, para polisi Abbas jauh untuk bisa mencapai Al-Quds, sedang yang ada di otaknya hanyalah melaksanaan perjanjian berbahaya dan melindungi keamanan entitas Yahudi di manapun mereka berada.
Di negara Islam, Khilafah ‘ala minhājin nubuwah berikutnya, insya Allah, tidak akan ada pembicaraan tentang semua perjanjian tersebut. Semua perjanjian itu dasarnya adalah batil (salah), dan tidak akan pernah mengakuinya, dan negara hanya akan melakukan apa yang wajibkan oleh Islam, yaitu membebaskan seluruh tanah Palestina dari cengkeraman Yahudi.
Sekiranya negara Islam menandatangani perjanjian dengan negara yang tidak merampas tanah kami, lalu muncul keraguan atas negara itu bahwa akan membatalkan perjanjian, maka negara segera menyatakan pembatalannya, dan melakukan apa yang diperintahkan Islam tanpa takut dan khawatir dengan bertawakal kepada Allah, bukan bergantung kepada AS maupun PBB (kantor berita HT, 10/10/2015).