Kekhawatiran kemenangan Khilafah di Suriah, menjadi point kesepakatan bersama antara Saudi dan Rusia. Seperti biasa, kata Khilafah yang digunakan dikaitkan dengan ‘teroris’, sebagai bentuk propaganda menyerang ide Khilafah. Alasan berperang melawan teroris ini pula yang digunakan berbagai pihak untuk membombardir bumi Syam dan membunuh umat Islam di negeri yang diberkahi itu.
Sebagaimana yang dilangsir situs arabic.rt.com (12/10/2015), Rusia dan Arab Saudi menengakankesamaan tujuan mereka terkait krisis Suriah, antara lain menolak kemenangan apa yang mereka sebut sebagai “Khilafah Teroris”.
Disebutkan dalam media itu, krisis Suriah memunculkan agenda pembicaraan yang dilangsungkan pada hari Ahad (11/10) antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Deputi Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Menteri Pertahanan Pangeran Muhammad bin Salman Al Saud.
Pada akhir pertemuan, yang berlangsung di resort Sochi, selatan Rusia, di sela-sela lomba “Formula – 1”, masing-masing Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengomentari hasil pembicaraan yang berlangsung singkat dan padat itu, dimana masing-masing menyebutnya sebagai pembicaraan yang jujur dan berguna .
Lavrov mengatakan bahwa Presiden Putin dan Menteri Pertahanan Saudi menekankan “kesamaan yang sempurna” terkait sejumlah tujuan dimana Moskow dan Riyadh tengah berusaha untuk mewujudkannya di Suriah, terutama kebutuhan untuk mencegah kemenangan apa yang mereka klaim sebagai “Khilafah teroris” di wilayah Suriah.
Lavrov mengatakan bahwa Putin menyatakan sangat memahami pada tamu rombongan dari Saudi tentang keprihatinan Riyadh atas langkah-langkah baru yang diambil oleh Rusia di Suriah. Namuan ia menegaskan bahwa operasi militer Rusia di Suriah hanya ditujukan terhadap organisasi “negara Islam”, Jabhah an-Nusrah dan kelompok-kelompok lain yang sering secara sepihak oleh Barat disebut teroris.
Berkenaan dengan operasi militer Rusia di Suriah, al-Jubeir mengatakan bahwa pihak Saudi menyatakan keprihatinannya terkait kemungkinan penafsiran operasi ini sebagai aliansi antara Moskow dan Teheran. Namun pihak Rusia menjelaskan bahwa tujuan utama yaitu untuk memerangi terorisme.
Jubeir menambahkan bahwa Kerajaan bermaksud untuk mengaktifkan upayanya dalam mengkoordinasikan operasi di bidang kontra-terorisme dengan Rusia untuk keberhasilan operasi ini. Semua tahu bahwa beberapa orang Rusia dan Saudi bergabung dengan jajaran para teroris, dan mereka akan menimbulkan ancaman bagi kedua negara.
Adapun tujuan bersama kedua, makaLavrov mengatakan bahwa ia akan fokus pada kepentingan kedua negara dalam mencapai rekonsiliasi nasional di Suriah, dan bersegera melancarkan proses politik yang akan menyebabkan semua warga Suriah merasakan—sekalipun ada perbedaan ras dan agama mereka, bahwa mereka adalah pemilik kota dan negeri mereka.
Lavrov menambahkan bahwa Presiden Putin dan Deputi Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud keduanya telah menbahas dalam bentuk yang jelas terkait “langkah-langkah yang dapat membawa kita lebih dekat pada awal proses politik ini.”
Koalisi Iblis
Serangan bertubi-tubi terhadap bumi Syams yang diberkahi oleh koalisi Iblis, telah menunjukkan apa sesungguhnya yang mengkhawatirkan mereka. Tidak lain adalah berdirinya Khilafah di bumi Syam. Inilah sejatinya yang mengkhawatirkan negara-negara imperialis seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris yang bergabung dalam koalisi Iblis.
Seperti biasa kaolisi iblis mengatasnamakan perang melawan terorisme sebagai alasan. Setelah sebelumnya, mereka membangun opini tentang ancaman terorisme lewat berbagai rekayasa. Termasuk mengatasnamakan perang terhadap kelompok-kelompok tertentu yang dimonsterisasi sebagai kelompok teroris.
Namun sesungguhnya yang mereka takuti dari revolusi Syam ini adalah berdirinya Khilafah. Untuk itu, mereka melakukan penambahan kata-kata yang buruk dan keji terkait Khilafah, seperti Khilafah teroris, Khilafah aIa ISIS. Pensifatan buruk terhadap Khilafah ini, jelas merupakan propanda yang menunjukkan ketakutan mereka berdirinya Khilafah ala Minhajin Nubuwah sejati di Syam.
Padahal semuanya sudah paham, Amerika, Inggris, Rusia, dan anggota koalisi Iblis lainnya, yang merupakan teroris sejati. Merekalah yang melakukan pembantain terhadap kaum muslim di Iraq, Afghanistan, Suriah. Mereka pulalah yang melakukan berbagai makar di negeri Islam yang menyebabkan tertumpahnya darah kaum muslim.
Mereka pulalah yang menjadi pendukung utama penguasa-penguasa diktator di negeri Islam yang melakukan aksi terorisme terhadap rakyatnya sendiri. Merekalah pendukung rezim Bashar yang buas, diktator Sisi sang pembantai, dan rezim sebelumnya seperti Khadafi di Libya, Saddam Husain di Irak.
Ketakutan akan berdirinya Khilafah tampak dari pernyataan Francois Hollande dalam pertemuan Norman . Presiden Perancis ini mengatakan: “Suriah dibagi menjadi dua bagian, sebagian dikendalikan oleh rezim Assad, dan yang sebagian besar dikuasai oleh kekacauan dan oposisi, yang tujuan akhirnya adalah Khilafah yang sama, dan ini akan menjadi kasus terburuk. Untuk itu, kami tidak akan pernah menerima kejadian tersebut dan hal-hal yang mengarah ke sana.” (AF)