Cegah Intifadhah, Otoritas Palestina Kerjasama Dengan Yahudi

abbas dan netanyahuOtoritas Palestina Bekerja Sama Dengan Pendudukan Untuk Mengekang Intifadlah Palestina

Menurut laporan dari dinas intelijen militer negara Yahudi, bahwa “Presiden Otoritas Palestina tidak memprovokasi warga Palestina untuk melakukan intifadhah, justru ia memerintahkan dinas keamanannya untuk mencegah para demonstran, dan dinas keamanannya menjalankan perintah itu dengan melakukan sejumlah serangan untuk mencegah aksi-aksi perlawanan terhadap Israel. Bahkan otoritas adalah satu-satunya yang menolak pecahnya intifadhah ketiga.” Mahmoud Abbas telah menekankan sejak awal pecahnya bentrokan, bahwa ia melawan eskalasi militer dan keamanan, dan menolak untuk menghentikan koordinasi keamanan dengan dinas keamanan negara Yahudi, meski warga Palestina dari semua kelas sosial menolaknya.

*** *** ***

Kemauan keras Mahmoud Abbas untuk tetap melanjutkan kerjasama dan koordinasi keamanan dengan negara Yahudi yang nyata-nyata melawan rakyatnya sendiri, maka ini berarti bahwa ia akan terus melakukan operasi untuk mengejar, menangkap dan menyerahkan warga Palestina kepada Yahudi; kepatuhannya terhadap jalan negosiasi yang mandul karena sikap keras kepalanya negara Yahudi dan penolakannya untuk membuat konsesi apapun kepada rakyat Palestina; keterikatannya dengan organisasi internasional yang tidak memberikan pengaruh apapun; ketergantungannya kepada Amerika dan musuh-musuh umat dalam mencapai tujuannya; pengakuannya terhadap hak negara Yahudi untuk menguasai sebagian besar tanah Palestina; pelepasannya secara resmi atas 82% dari tanah historis Palestina melalui perjanjian Oslo, dan tidak melakukan tindakan praktis apapun terhadap pemukiman dan terhadap Yahudi yang terus menjarah tanah Palestina dengan berbagai cara; dukungannya kepada negara Yahudi dan rezim Mesir antek Amerika yang memblokade Jalur Gaza, dan mengubah kekuasaannya hanya sebagai kontraktor keamanan bagi tentara Yahudi, sementara pejabatnya terus melakukan korupsi terkait keuangan dan ekonomi hingga tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahwa lebih dari 30% korupsi terjadi dalam lembaga otoritas, menurut laporan Organisasi Transparency International; dan terakhir ketergantungannya pada kekuasaan, ketika periode kepemiminannya telah habis secara hukum, ia mengubahnya menjadi seperti feodalisme, dimana kekuasaan seperti milik kelompoknya, keluarganya dan kroni-kroninya, bahkan yang sepertinya banyak sekali. Oleh karena itu perlu bagi rakyat Palestina, khususnya di situasi gelap yang menimpa mereka seperti ini, untuk mempertimbangkan kembali sikapnya, tidak hanya terhadap pendudukan saja, melainkan juga terhadap Otoritas Palestina sendiri yang telah menjadi sumber bahaya bagi mereka dalam semua aspek, politik, ekonomi dan keamanan, bahkan otoritas telah menjadi tidak lebih dari alat pendudukan dan kendarannya.

Otoritas tengah bersekongkol dengan pendudukan dalam melakukan kejahatan hariannya terhadap orang yang tidak bersenjata, terutama serangan warga pemukiman yang terus berulang atas Masjid Al-Aqsa, serta upaya mereka untuk membaginya dan menguasainya, juga berbagai pelanggaran negara Yahudi terhadap warga Palestina yang tidak pernah berakhir, dan pelanggarannya terhadap semua garis merah yang tidak hanya menyakitkan bagi warga Palestina saja, melainkan bagi seluruh seluruh dunia Islam.

Setelah semua yang dilakukan oleh negara pendudukan ini terhadap tempat-tempat suci Islam dan terhadap kehormatan rakyat Palestina, justru Otoritas Palestina terlibat bersama negara Yahudi dalam semua pelanggaran serius yang dilakukan oleh negara Yahudi terhadap rakyat Palestina, dan terhadap tempat-tempat suci Islam.

Sesungguh praktek-praktek brutal terhadap rakyat Palestina, dan yang terkeji adalah kejahatan pembunuhan akibat kecurigaan dan darah dingin, represi yang keras, penyiksaan yang mengerikan, dan serangan berulang-ulang terhadap jiwa, kehormatan dan harta benda, serta pelanggaran terhadap kiblat pertama dan tempat suci ketiga, maka semua ini telah menyebabkan ledakan kemarahan rakyat Palestina terhadap pendudukan, sehingga memicu bentrokan dan mengobarkan intifadhah, bahkan itu telah meluas mencakup semua tempat di Palestina, tidak ada perbedaan antara yang diduduki tahun 1967 dan yang , diduduki tahun 1948.

Bukanya otoritas melindungi rakyatnya dan mendukung ketabahannya, justru otoritas mulai bersekongkol melawan rakyatnya, serta mendorongnya untuk tunduk dan menyerah, sementara darah rakyat Palestina terus ditumpahkan. Rakyat Palestina telah memberi pengorbanan mahal yang tidak terbatas, namuan mereka tidak mendapatkan dukungan, tidak dari otoritas, dan tentu saja tidak dari negara-negara Arab yang bersekongkol dengan entitas Yahudi dan otoritas bonekanya. Bahkan Mahmoud Abbas bersikap dingin dan acuh tak acuh, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, sehingga ia mengirim telegram kepada Presiden Chad Idriss Deby dan menghiburnya terkait korban pemboman di kota Baga Sola, dan meyakinkannya bahwa otoritas Palestina ada di pihaknya, juga melalui telegram itu ia meyakinkannya bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh teroris di Chad, yang menurutnya itu adalah tindakan keji yang bertentangan dengan semua nilai-nilai kemanusiaan, adat istiadat dan agama langit! Seolah-olah pembantaian yang dilakukan di Palestina sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan! Atau itu bukan perbuatan para teroris yang melanggar undang-undang.

Tindakannya ini paradoks dan aneh, mengapa ia tidak menghibur rakyat Palestina, seperti ia menghibur rakyat Chad!.

Akibat dari sikap negatif konspirasi yang dilakukan otoritas terhadap para pejuang intifadhah, maka memungkinkan negara Yahudi untuk mengucilkan mereka, dan membuat pemimpinnya Netanyahu berani lancang terhadap umat Islam dengan mengizinkan warga pemukim melakukan penodaan terhadap Aqsa Al-Masjid setiap hari. Ia berani melakukannya karena ia tahu bahwa saat ini tidak ada di dunia Arab dan dunia Islam yang akan mencegahnya. Semua ini, karena dunia tengah tenggelam dalam masalahnya, perangnya dan konfliknya, juga karena tidak adanya isu Palestina dalam daftar prioritas semua negara, serta organisasi regional dan internasional.

Hanya saja situasi menyakitkan ini tidak akan berlangsung lama dan berlanjut. Rasa sakit yang tengah dirasakan oleh kawasan tersebut hanyalah pendahuluan yang alami bagi lahirnya kekuatan Islam berikutnya yang akan menghapus entitas Yahudi dari dunia, serta melenyapkan para pendukunganya dan kroni-kroninya; akan melupakan mereka yang mengendalikan Palestina, rakyatnya dan kekayaan umat yang dikalahkannya, juga akan melupakan mereka yang berpikir bahwa mereka adalah para pemimpin dunia, yang berbuat sewenang-wenang terhadap kaum yang lemah. Mereka semua akan lupa dengan bisikan setan yang selama ini menguasainya. Mereka akan melihat hakikat diri mereka yang sebenarnya, bahwa mereka hanyalah kaum gembel kecil yang tidak ada nilainya sedikipun dalam standar kepemimpinan yang sebenarnya. [Ahmad al-Khathwani]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 14/10/2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*