HTI Kota Bandung : Refleksi Hijrah, Indonesia Mau Dibawa Kemana?

IMG_20151027_140942HTI Press, Bandung. Ahad (25/10), HTI Kota Bandung menyelenggarakan acara Halqah Islam dan Peradaban (HIP) yang mengambil tema “Refleksi Hijrah : Indonesia Mau Dibawa Kemana?” di Masjid Al Ukhuwah Bandung. Hadir sebagai pembicara, ustadz Farid Wadjdi, DPP HTI dan ustadz Yuana Ryan Tresna, DPD II HTI Kota Bandung.

Ustadz Yuana Ryan Tresna sebagai pembicara pertama menyampaikan tentang makna hijrah. Menurutnya, hijrah merupakan pembeda antara yang hak dan batil. “Hijrah juga merupakan momentum tegaknya daulah Islam di Madinah. Daulah Islam yang tegak di Madinah diakui secara de facto sehingga umat Islam yang tadinya tidak memiliki kekuasaan menjadi memiliki kekuasaan,” ujarnya.

Hijrah juga berarti berpindahnya seorang muslim dari darul kufur menuju darul Islam. Sayangnya, pada hari ini tidak ada darul Islam, tidak ada satupun negara yang menerapkan hukum dan keamanan di tangan kaum muslim. Padahal bila kita ingin memaknai hijrah, maka kita pun harus mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah, yakni hijrah ke darul Islam.

“Hal yang seringkali jarang diungkap terkait Hijrah yakni bahwa Rasulullah hijrah untuk mendirikan daulah Islam di Madinah,” tutur ustadz Farid Wajdi sebagai pembicara kedua.

Ustadz Farid menyampaikan bahwa pada saat itu di Makkah disebut jahiliyah karena sistem yang digunakan adalah sistem jahiliyah, sistem yang bertentangan dengan Islam. Sehingga Rasulullah hijrah ke Madinah untuk mendirikan daulah Islam dan menerapkan syariah Islam. “Nah, jika kita lihat kondisi pada hari ini ternyata lebih parah dari zaman jahiliyah. Saya menyebutnya sebagai jahiliyah modern. Kita bisa melihat secara hukum yang diterapkan bukanlah hukum Islam. Maka tidak heran bila ada orang yang berzina, di Indonesia tidak hukum dan justru malah dikawinkan,” ungkapnya.

Dalam kasus pembunuhan, di zaman jahiliyah dulu hanya anak-anak perempuan yang dibunuh. Namun pada hari ini, baik anak laki-laki maupun perempuan dibunuh, bahkan sebelum mereka lahir sudah dibunuh. “Ini jelas menunjukkan bahwa pada hari kondisi kita sedang berada dalam keadaan neo jahiliyah,” tambahnya.

Berbagai kerusakan semakin nampak terlihat di negeri kita karena tidak diterapkannya syariah Islam. Di sisi lain, orang-orang liberal yang menjadi penguasa di negeri kita terus mendorong negeri ini menjadi negeri yang liberal. Program dideradikalisasi diarahkan kepada umat Islam, sehingga umat Islam takut terhadap Islam itu sendiri.

“Namun, kita harus bersyukur. Karena di tengah-tengah neo jahiliyah ini, masih ada diantara umat Islam yang memperjuangkan Islam secara murni dan lurus untuk tegaknya daulah Islam yang akan menerapkan hukum Islam,” tegasnya.

Para peserta begitu antusias. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya peserta yang melontarkan pertanyaan kepada para pembicara. Acara pun diakhiri dengan doa. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*