Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Papua Abdul Wahid mengungkap ada indikasi untuk mengusik kerukunan umat beragama di Manokwari. “Ada indikasi protes tersebut diskenario oleh oknum tertentu, karena warga Kristen di Kampung Andai (lokasi pembangunan masjid, red) sendiri tidak mempermasalahkan,” ujarnya kepada mediaumat.com, Jum’at (6/11) melalui surat elektronik.
Abdul Wahid menyebutkan massa yang protes bukan berasal dari warga setempat tetapi berasal dari suku di luar Manokwari yakni suku dari daerah pegunungan tengah (Wamena). Bahkan kepala suku besar di lokasi pembangunan masjid yang notabene beragama Kristen menolak kehadiran mereka karena dianggap mengganggu toleransi warga yang selama ini sudah terjalin baik.
“Kami di sini sudah menjaga toleransi dengan sangat baik, jadi kalian jangan datang mengusik kondisi yang sudah baik ini,” ujar Abdul Wahid menirukan ucapan Frans Mansinam, kepala suku besar Mansinam ketika menghardik para pendemo yang menolak pembangunan masjid beberapa waktu sebelumnya.
Di samping itu, secara legalitas formal, proses peijinan masjid tidak bermasalah dan warga setempat yang dari kalangan non Muslim tidak mempermasalahkan pembangunan masjid tersebut. Terlebih jumlah kaum Muslimin di kampung tersebut sekitar 60% dari jumlah warga yang ada. Namun jumlah penduduk Muslim yang cukup besar tersebut belum diimbangi dengan jumlah tempat ibadah yang memadai sehingga perlu ditambah lagi.
Sampai saat ini, ujar Abdul Wahid, pihak pemerotes yang mengatasnamakan umat Kristen tersebut tetap saja menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk menghentikan pembangunan masjid. Namun, di kubu umat Islam juga tidak tinggal diam. Tokoh-tokoh umat Islam juga senantiasa melakukan konsolidasi internal dan eksternal.
“Umat Islam tidak mau diam karena menganggap tidak ada masalah dengan pembangunan masjid tersebut,” pungkasnya.[] Abu Fadhil/Joy