HTI Press, Solo. Sekitar 650 mahasiswa berkumpul di Solo, kota kelahiran Presiden Jokowi seraya bertekad menggalang seluruh gerakan mahasiswa Muslim se-Indonesia untuk melakukan revolusi bila Presiden Jokowi dan Wapres JK tidak memenuhi tuntutan mereka.
“Apabila tuntutan kami tidak dipenuhi, maka kami akan terus berjuang menggalang seluruh gerakan mahasiswa Muslim Indonesia untuk melakukan revolusi Islam demi mewujudkan Indonesia merdeka dengan syariah dan khilafah!” pekik Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa (LKM) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Zaim Ahmad yang kemudian disambut takbir peserta, Ahad (25/10) di Solo.
Menurut Zaim, sesungguhnya seluruh rakyat dan mahasiswa merasakan Indonesia semakin terjual dan menderita oleh Amerika dan negara-negara Barat akibat diterapkannya sistem sekuler yakni sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme liberal.
“Oleh karena itu, kami menyeru kepada Presiden Jokowi dan Wapres JK untuk segera menghentikan sistem sekuler ini dan mengusir segala bentuk penjajahan itu dan menggantikannya dengan sistem Islam, dengan cara menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah!” tegasnya.
Menurutnya, inilah satu-satunya solusi yang benar, yang akan membawa rahmatan lil’alamin atau kebaikan bagi negeri ini, sekarang dan yang akan datang. Dengan syariat Islam, seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan diatur dengan cara yang benar. Ekonomi akan tumbuh, stabil dan akan memberikan keadilan dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat. SDA yang melimpah itu akan dikelola oleh negara untuk rakyat.
“Berupa pelayanan gratis atau biaya terjangkau di bidang kesehatan, pendidikan, keamanan dan pemenuhan bahan pokok. Dan dengan kekuatan khilafah, penjajahan baru dalam segala bentuknya bisa dihentikan dengan segera,” bebernya kemudian diamini sekitar 650 mahasiswa yang hadir.
Dalam acara yang digelar di Aula Gedung 3 dan di depan Kampus UNS tersebut nampak pula tokoh-tokoh mahasiswa di antaranya, Ary Naufal (UNAIR); Ezufatrin (UNDIP); Yayan (UGM) Ipank Fathin (UNPAD) dan Rizky Fatamazaya (UIN Jakarta).[]E Marzuki/Joy