Kejatuhan Presiden Gus Dur di masa reformasi tidak bisa dilepaskan dari peran Amerika.Hal ini disampaikan mantan Juru Bicara Gus Dur saat menjadi presiden Indonesia Adhie M. Massardi dalam Halaqoh Islam Peradaban (HIP) yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Rabu (16/12).
Menurutnya, Amerika tidak suka Gus Dur menunda perpanjangan kontrak karya Freeport. Pada tahun 2000 , mantan menlu Amerika yang berpengaruh Henry Kissinger datang menemui Gus Dur di Istana. Kissinger yang kemudian menjadi Komisaris PT Freeport meminta Gus Dur memuluskan perpanjangan kontrak karya PT Freeport.
“ Tapi Gus Dur menolak dan menegaskan tidak akan menggadaikan masa depan Papua, saat itu Gus Dur melakukan moratorium dan melakukan peninjauan ulang terhadap setiap kontrak karya yang dilakukan di masa Orde Baru yang menurutnya banyak menyimpang dan merugikan rakyat Indonesia,” lanjutnya
Sikap menghalalkan segala cara ala Freeport ini menunjukkan arogansi dan kerakusan perusahaan Amerika ini. Sebelumnya, mantan menteri di era Gus Dur, Rizal Ramli juga pernah menceritakan upaya penyuapan yang dilakukann pihak PT Freeport untuk memuluskan kontrak karya nya.
Terkait dengan perpanjangan PT Freeport, pada kesempatan yang sama juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, menegaskan kontrak karya PT Freeport harus dihentikan sekarang juga.
“Dalam Islam, barang tambang seperti emas merupakan milkiyah ‘ammah (pemilikan umum). Tidak boleh diserahkan kepada swasta, baik domestik maupun asing, hanya ada satu pilihan : stop kontrak karya Freeport!’” ujar Ismail Yusanto.
Halaqoh Islam dan Peradaban (HIP) yang diadakan di Aula DHN Gedung Joang 45 Jakarta ini, mengambil tema Refleksi Akhir Tahun 2015: Indonesia Makin Liberal, Makin Terjajah. Hadir sebagai nara sumber lain dalam acara ini Jenderal (purn) Djoko Santoso (mantan Panglima TNI), Salamudin Daeng dari Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia, Yahya Abdurrahman (Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI) , dan Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto. (AF)