Al-Islam edisi, 787, 20 Rabiul Awal 1437 H – 1 Januari 2016 M
بسم الله الرحمن الرحيم
Dua Keburukan Tersembunyi dalam Satu Wadah:
“Gencatan Senjata di Dalam Suriah dan Perundingan di Luar Suriah, di Saudi!
Ratusan pejuang oposisi dan warga sipil pada Rabu keluar dari Desa al-Wa’ar; daerah terakhir yang mereka kuasai di Kota Homs di Suriah Tengah. Ini merupakan penerapan kesepakatan yang mereka buat minggu lalu dengan perwakilan pemerintah, dengan arahan dari PBB. Kesepakatan yang dicapai pada 1 Desember 2015 tersebut menyatakan, dua ribu tentara dan keluarga warga sipil harus pergi dari Desa al-Wa’ar. Direktur Obsivatory of Human Right, Rami Abdel Rahman, menyatakan kepada AFP bahwa bus-bus akan menuju Kota Homs. Dari sana menuju celah sempit di Propinsi Hama kemudian menuju Propinsi Idlib yang dikendalikan oleh faksi-faksi Jaisy al-Fath (Monte Carlo ad-Daouliya, 9/12/2015).
Pada hari-hari yang sama, diselenggarakan Konferensi Oposisi di Riyadh untuk membentuk utusan yang berunding tentang sistem pemerintahan transisi negara sipil sekular di Syam pusat Dar al-Islam! “Di Riyadh pada hari ini dimulai pertemuan oposisi Suriah, politik dan militer, dengan tujuan mencapai sikap bersama, dengan dihadiri Menlu Saudi Adil al-Jubair. Para peserta berusaha mencapai kesepakatan seputar prinsip-prinsip solusi politik dan pembentukan delegasi (utusan) bersama dalam perundingan mendatang dengan rezim yang ingin diselenggarakan oleh negara-negara besar pada akhir Januari. Pada hari Selasa sejumlah oposisi melakukan pertemuan pendahuluan tak resmi, yang juga dihadiri diplomat Barat dan Rusia, di Hotel Intercontinental di Riyadh.” (Al-Arabiya.net, 9/12/2015).
Pertemuan itu berlangsung dua hari, Rabu dan Kamis, 9 dan 10 Desember 2015. Pernyataan final pertemuan itu menyatakan, “Memenuhi seruan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, kekuatan revolusi dan oposisi Suriah menggelar pertemuan yang diperluas di Riyadh, Kamis. Pertemuan itu bertujuan menyatukan barisan dan pandangan bersama seputar solusi politik untuk isu Suriah berdasarkan ‘Statemen Jenewa 1’”.
Para peserta pertemuan berjanji untuk berpegang pada kesatuan wilayah Suriah dan keyakinan mereka tentang negara sipil Suriah. Para peserta pertemuan juga berjanji untuk berpegang dengan mekanisme demokrasi. Para peserta pertemuan juga berjanji menjaga institusi-institusi negara Suriah. Para peserta sepakat, tujuan rekonsiliasi politik adalah membentuk negara yang tegak di atas prinsip kewarganegaraan (citizenship), tanpa ada tempat di dalamnya untuk Bashar Asad, pilar-pilar dan simbol-simbol rezimnya atau di dalam pengaturan politik apapun mendatang. Para peserta siap masuk dalam perundingan dengan wakil rezim Suriah, yang bersandar pada Pernyataan Jenewa 1 tertanggal 30 Juni 2012 dan resolusi-resolusi internasional terkait. Bashar Asad dan pilar-pilar serta simbol-simbol rezimnya harus meninggalkan tampuk pemerintahan sejak awal tahapan transisi (24 SPA, 10/12/2015).
Dalam keterangan pers pada Kamis sore, Presiden The Gulf Research Center Abdul Aziz ash-Shaqer—yang mengetuai konferensi—mengatakan, delegasi dari oposisi akan bertemu dengan delegasi rezim pada sepuluh hari pertama Januari 2016. Ash-Shaqer menegaskan, pernyataan final ditandatangani oleh semua peserta, termasuk gerakan Ahrar asy-Syam yang berafiliasi dengan oposisi bersenjata, yang diwakili oleh komandannya, Labib an-Nahas. Sebelumnya, melalui twetter, gerakan tersebut memutuskan menarik diri dari pertemuan. Kesepakatan itu menyatakan pembentukan Supreme Council bernaggotakan 32 orang: 10 orang dri faksi-faksi, 9 orang dari koalisi, 15 orang dari Lembaga Koordinasi dan 8 orang independen (Aljazeera.net, 11/12/2015).
Siapa saja yang mendalami berbagai gencatan senjata dan perundingan itu, niscaya ia menemukan, semua itu adalah hasil rencana busuk dan dengki terhadap Syam sebagai pusat Dar al-Islam. Rencana busuk itu dirancang oleh negara-negara Barat dan Timur, dipimpin oleh Amerika yang dengki terhadap Islam dan kaum Muslim. Para perancangnya adalah para antek yang terdiri dari rezim diktator dan para pendukungnya, para penguasa antek di negeri sekitar, beberapa kubu oposisi politik dan militer yang mendandani diri dengan pakaian perlawanan kepada tiran lalu melakukan gencatan senjata dengannya; serta yang mengenakan pakaian oposisi dan berunding dengannya. Seakan darah yang tertumpah, juga kehormatan yang dilanggar, semuanya dilupakan tanpa bekas dan bagi mereka menjadi sejarah tidak penting yang ditukar dengan uang kotor atau kursi rapuh!
Gencatan-gencatan senjata dan Konferensi Riyadh untuk oposisi ini keluar dari sumber yang sama menentang Syam dan warganya:
Pertama: Gencatan senjata itu adalah penyerahan negeri dan penduduk kepada tiran. Dikira gencatan senjata itu agar para pelakunya berada di tempat aman, padahal justru agar mereka berpindah dan berkumpul di satu tempat terbatas sehingga mudah dibombardir dengan aneka macam senjata dari segala sisi. Dalam gencatan senjata az-Zabadani disyaratkan agar yang melakukan gencatan senjata pergi ke utara ke arah Idlib. Dalam gencatan senjata al-Wa’ar juga disyaratkan agar mereka yang melakukan gencatan senjata pergi ke utara ke arah Idlib! Semua orang berakal tahu bahwa bagi rezim Suriah melanggar janji lebih ringan dari mengedipkan mata! Sebelumnya rezim telah melakukan sejumlah gencatan senjata sejak 2011. Rezim membatalkan gencatan itu setiap kali rezim melihat hal itu menguntungkan mereka. Ada gencatan Kofi Annan pada 10/4/2012, gencatan Lakhdar Brahimi selama Idul Adha 18/10/2012, gencatan Barza pada Januari 2014, gencatan al-Qaboun pada September 2014, gencatan di dua kota Kafraya dan Al-Fua di pinggiran utara Idlib, dan di kota Az-Zabadani dan Mudhaya di pinggiran Damaskus pada 20/9/2015. Kesepakatan az-Zabadani mengharuskan semua orang bersenjata dan warga sipil agar keluar dari az-Zabadani menuju Idlib! Sekarang gencatan senjata di al-Wa’ar 1 Desember 2015, juga mengharuskan oposisi bersenjata keluar dari al-Wa’ar ke arah Idlib. Dengan dimulainya penerapan kesepakatan al-Wa’ar, semua daerah Homs yang sebelumnya disebut “ibukota revolusi” karena meletusnya protes-protes menentang rezim tahun 2011, akhirnya berada di bawah kendali pasukan Suriah. Begitulah, gencatan senjata menyebabkan pihak oposisi penentang rezim keluar dan mundur ke belakang.
﴿كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا﴾
…seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali (TQS an-Nahl [16]: 92).
Gencatan-gencatan senjata yang berlangsung adalah bagian dari sarana rezim memperpanjang umurnya dan meluaskan kekuasaannya setelah hancur. Dengan itu rezim bisa dengan tenang menyiapkan suasana untuk penggantinya, yang direkayasa di Konferensi Riyadh dengan arahan Amerika dan para pengikutnya. Karena itu Presiden Amerika memberikan selamat atas gencatan senjata al-Wa’ar dan menyerukan perluasan gencatan senjata secara lebih besar. “Obama mengatakan bahwa itu bisa diterapkan di Suriah secara lebih besar.” (Reuters, 9/12/2015).
Kami memperingatkan mereka yang berjalan di belakang gencatan senjata, khususnya gerakan-gerakan yang bersaksi bahwa Lâ ilaha illâ Allâh wa Muhammad rasûlulLâh. Kami memperingatkan mereka, gencatan senjata itu adalah lubang jebakan yang di situ mereka mereka dikumpulkan untuk diserang. Mereka juga dikeluarkan secara bertahap dari tempat-tempat mereka agar rezim terus meluas. Kami menasihati mereka agar tidak menyerahkan diri dan keluarga mereka kepada rezim yang tidak mengenal menepati perjanjian. Rezim telah memberi mereka pelajaran lebih dari sekali dengan melanggar perjanjiannya seperti yang kami sebutkan sebelumnya, seperti yang disabdakan oleh Rasul saw.:
«لاَ يُلْدَغُ المؤمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»
Tidak layak seorang Mukmin terjerumus di lubang yang sama dua kali (HR al-Bukhari).
Lalu bagaimana dengan orang yang terjebak di lubang yang sama berkali-kali?!
Kedua: Konferensi Riyadh membentuk utusan oposisi untuk berunding dengan rezim dan Bashar tetap bertahan selama tahap perundingan. Padahal dulu mereka menolak itu! Konferensi juga menyatakan pembentukan negara sipil sekular dengan mekanisme demokrasi. Adapun asas solusinya adalah Jenewa 1, yakni pembentukan pemerintahan transisi yang memegang kekuasaan eksekutif penuh. Pemerintahan transisi itu terdiri dari pemerintah sekarang, oposisi dan kelompok lain. Pemerintahan itu harus dibentuk berdasarkan persetujuan timbal-balik, disertai dengan berlanjutnya lembaga-lembaga pemerintahan. Lembaga ini mendirikan negara demokrasi pluralistik. Inilah yang menonjol di dalam pernyataan Konferensi.
Melalui penelaahan mendalam terhadap latar belakang dan alasan penyelenggaraan konferensi, jelas bahwa Amerika gagal menjadikan bonekanya dari koalisi dan faksi-faksi moderat atau yang dimodifikasi untuk mendapatkan penerimaan dari warga Syam dan menjadi antek pengganti untuk antek sekarang. Amerika meminta bantuan kepada tiran di lapangan dengan anggapan, tiran mampu menyukseskan apa yang gagal diusahakan oleh Amerika, sebab tiran memiliki pendanaan dan penyesatan. Karena itu John Kerry memuji Konferensi itu. John Kerry mengatakan di Paris, “Pembicaraan yang dipimpin oleh Saudi untuk menyatukan barisan oposisi Suriah telah mewujudkan kemajuan dalam langkah penting mendorong perundingan politik untuk mengakhiri pergolakan Suriah.” (Reuters, 10/12/2015).
Amerika beranggapan Raja Saudi yang menyerukan negara sipil dan dia mengenakan pakaian kaum Muslim akan lebih banyak diterima daripada jika diserukan oleh kaum kafir penjajah. Anggapan ini tidak benar. Sebab, kebenaran itu lebih terang-benderang. Orang kafir ataupun orang munafik tidak mampu mengelabuhi kebenaran itu.
Konferensi Riyadh mengandung kegagalan, baik dari sisi mereka yang berkumpul atau apa yang mereka umumkan. Orang-orang Syam sama sekali berbeda dari mereka yang duduk melingkar di sekitar harta dan kesesatan di Hotel Intercontinental. Orang-orang Syam layaknya singa yang dikenal oleh umat dengan kejujuran dan keikhlasan mereka. Mereka tahu, kebaikan akan terus ada di dalam umat sampai Hari Kiamat. Mereka adalah orang-orang yang meneriakkan dengan lantang, dengan hati dan suara mereka bahwa “Revolusi adalah untuk Allah, Revolusi adalah untuk Allah (Hiya lilLâh hiya lilLâh)”. Mereka menginginkan untuk Syam seperti yang disukai untuk Syam oleh Allah SWT dan Rasul saw.:
«عُقْرُ دَارِ الْإِسْلَامِ بِالشَّامِ»
Pusat Dar al-Islam adalah di Syam (HR ath-Thabarani dalam Mu’jam al-Kabîr dari Salamah bin Nufail)
Mereka bukanlah penipu yang menyerukan perundingan dengan rezim dan saat yang sama juga mengatakan tidak ada tempat untuk kepala rezim. Sebab, siapa yang tidak menerima adanya tempat untuk kepala rezim, dia tidak berunding dengan rezimnya! Mereka juga bukan orang yang bisa didiktekan “negara sipil sekular” sehingga menekukkan muka setuju dan saat yang sama mengklaim sebagai islamis! Mereka pun bukan orang-orang yang menyerukan demokrasi yang menyerahkan penentuan halal dan haram dengan akal manusia, menggantikan hukum Rabb-nya manusia. Padahal Allah Yang Maha Bijaksana berfirman:
﴿إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ﴾
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah (TQS al-An’am [6]: 57).
Raja Saudi, tuannya, komandannya dan para penguasa yang bergabung dengannya akan gagal. Mereka akan paham, Syam tak bisa takluk; tidak takluk terhadap sekularisme dan negara sipil mereka. Bahkan andai mereka menang dalam perang di tengah kelengahan warga Syam, orang-orang Syam tidak akan mundur meski harus menghadapi kediktatotan dan kejahatan luar biasa. Ini karena Zat Yang Maha Kuat lagi Maha Bijaksana berfirman:
﴿سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ﴾
Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipudaya (TQS al-An’am [6]: 124).
Sebagaimana kami memperingatkan mereka yang melakukan gencatan senjata untuk tiran, kami juga memperingatkan para pelaku Konferensi Riyadh, wakil mereka dalam perundingan dengan rezim serta mereka yang menyerukan negara sipil. Kami memperingatkan mereka bahwa Bumi Syam adalah bumi yang bersih, yang tidak akan menerima pelaku konspirasi untuk melawannya. Bumi Syam akan mencampakkan mereka dan membersihkan kotorannya meski setelah beberapa waktu. Saat itu mereka akan merugi dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Kami menyampaikan seruan kepada Anda semua, wahai para konferensi, konferensi Anda telah berakhir dan Anda telah bebas dari jubah Raja Saudi dan jauh dari tongkatnya. Karena itu perhatikan baik-baik urusan Anda. Tak diragukan lagi Anda mengetahui bahwa perundingan dengan rezim merupakan pengkhianatan setelah semua kejahatan yang diperbuat rezim yang menimpa manusia, pepohonan dan bebatuan. Anda juga tahu bahwa menyerukan negara sipil sekular merupakan tindakan kriminal. Anda adalah Muslim dan Islam mewajibkan pemerintahan dengan apa yang telah Allah turunkan. Sistem pemerintahan Islam adalah Al-Khilafah ar-Rasyidah, yang pasti datang dengan izin Allah, melalui tangan kaum Muslim. Sebab, itu merupakan janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasul-Nya saw. Karena itu kembalilah pada akal sehat Anda. Kembali pada kebenaran merupakan keutamaan dan orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tak punya dosa. Adakah di antara Anda seorang berakal yang meneriakkan dengan lantang menolak gencatan senjata dengan rezim dan menolak konferensi perundingan yang menyedihkan dan menghinakan? Adakah di antara Anda? Adakah?
﴿أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ﴾
Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal? (TQS Hud [11]: 78).
Adapun Anda, wahai orang-orang mukhlish yang jujur di Bumi Syam, janganlah Anda putus asa dari rahmat Allah. Tetap teguhlah di atas kebenaran yang Anda yakini. Kebatilan itu punya satu giliran. Adapun kebenaran punya banyak giliran. Revolusi Anda benar-benar telah menelanjangi pelaku konspirasi dan mengekspos orang-orang munafik. Mereka semua jadi terbuka. Karena itu tidak ada yang bisa terpedaya oleh mereka kecuali orang yang lengah. Konspirasi atau makar mereka tidak akan menimpa kecuali kepada orang yang bodoh.
Sungguh, Hizbut Tahrir adalah pelopor yang tidak akan membohongi warganya. Siang dan malam Hizbut Tahir berjuang bersama Anda dan dengan Anda untuk menggagalkan berbagai rencana musuh-musuh Islam dan kaum Muslim; untuk melanjutkan kehidupan Islami dengan tegaknya Al-Khilafah ar-Rasyidah. Karena itu tolong dan dukunglah Hizbut Tahrir agar kita menyaksikan terbitnya fajar Al-Khilafah bersama.
﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang Dia dikehendaki. Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5).
29 Shafar al-Khayr 1437 H
11 Desember 2015 M
Hizbut Tahrir
(Dengan sedikit ringkasan)