Menjadi Perempuan Cerdas Dambaan Umat
HTI Press. Gresik. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD 2 Gresik menyelenggarakan acara Kajian Muslimah Cermin Wanita Sholihah (Kamus CWS) di Masjid Akbid Delima Gresik, Ahad (10/01/2016).
Kamus CWS yang merupakan kajian edisi pertama di tahun ini mengusung tema, “Menjadi Perempuan Cerdas Dambaan Umat”. Kurang lebih 60 muslimah dari kalangan mahasiswi, pegawai, ibu rumah tangga, penggerak majelis taklim hingga muballighah menghadiri acara tersebut.
Ustadzah U’un sebagai pembawa acara menyapa hangat para peserta yang juga hadir dari berbagai daerah di sekitar kota Gresik. Lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an oleh ustadzah Rosyada dan penampilan nasyid oleh anak-anak Khoiru Ummah Pejuang Syariah dan Khilafah, menjadi pembuka acara.
Di awal tausyiah sebagai acara inti, ustadzah Rif’ah bertanya kepada para peserta tentang siapakah yang ingin menjadi perempuan cerdas. Serentak seluruh peserta yang hadir menginginkan menjadi seorang perempuan cerdas dambaan umat.
Namun kriteria cerdas, lanjutnya, bukanlah perempuan yang mempunyai pendidikan yang tinggi, karir mapan, dan jabatan strategis.
“Perempuan cerdas adalah perempuan yang memahami bahwa keberadaanya adalah sebagai hamba Allah, yang harus taat kepada perintah-perintah-Nya, mampu melaksanakan dengan ikhlas dan sempurna setiap peran yang ditetapkan oleh Allah kepadanya, yakni sebagai seorang muslimah, ibu serta bagian dari masyarakat dan warga negara,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan, bahwa perempuan cerdas adalah perempuan yang peka terhadap berbagai persoalan yang menimpa umat setiap saat. Selain itu, harus senantiasa menjadikan al-Qur’an dan hadist sebagai rujukan dan landasan dalam membangun standar kehidupan dan mampu menganalisa serta menilai setiap fakta yang terjadi dengan mengaitkan kepada hukum Islam.
Selain itu untuk menjadi perempuan cerdas, menurutnya harus ada pola pembinaan pada pola fikir (aqliyah) dan pola jiwa (nafsiyah). “Kedua-duanya harus dibina dengan seimbang,” katanya.
Pembinaan aqliyah yaitu dengan cara menambah wawasan keislaman dengan banyak membaca buku-buku islam, mengikuti majelis taklim, “Seperti kajian Kamus CWS ini,” tambahnya.
Selain itu, lanjutnya, selalu membaca berbagai peristiwa yang terjadi baik melalui media cetak atau elektronik, serta berlatih menganalisa setiap peristiwa dan memberikan solusi sesuai dengan pemikiran dan hukum Islam.
Sedangkan untuk pembinaan pola jiwa (nafsiyah) dilakukan dengan cara senantiasa meningkatkan taqorrub kepada Allah SWT dengan memperbanyak amalan sunnah, melakukan muhasabah terhadap setiap tindakannya dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. “Karena perempuan cerdas dambaan umat adalah perempuan yang mampu mencerdaskan masyarakat dengan dakwah Islam,” tegasnya.
Beberapa pertanyaan diajukan oleh peserta dengan menyebutkan password, “Ustadzah, bagi cerdasnya dong!”. Diantara pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan tips menjadi wanita cerdas di tengah berbagai tantangan, salah satunya dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Acara diakhiri dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh ustadzah Rif’ah dengan penuh pengharapan untuk kebaikan umat muslim dan segera terwujudnya kemenangan islam dengan tegaknya Khilafah. []